top of page

Andi Purnawan Putra Seorang Seniman Peduli Anak Kebutuhan Khusus

Updated: Dec 28, 2018

oleh: Ikhsan Aji Pamungkas & M. Ismail Hamsyah



Jumat, 30 September 2018,. Kami dengan motor beat merah. Kemudian kami berangkat dengan membawa pertanyaan untuk mewawancari tokoh yang menginspirasi. kami akan berkunjung di rumah Pak Andi Purnawan Putra di daerah Prawirodirjan, di belakang Jogja Tronik. Menurut kami menginspirasi karena sosok beliau menjadi guru yang memiliki nilai-nilai inklusifitas di dalam dirinya dan menghargai kepada semua murid-muridnya, dari murid yang normal hingga murid kebutuhan khusus beliau sangat menghargai. Rumah beliau terbuka untuk murid yang ingin bertemu beliau dan bercerita apa pun dengan beliau. Keterbukaan beliau dengan murid-muridnya membuat nyaman ketika beliau memberi pengajaran dan mengajak ngobrol dengan murid-muridnyua. Tak hanya itu, Pak Andi sangat menghargai muridnya yang anak berkebutuhan khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah sebagai pengganti istilah lama anak cacat atau penyandang cacat. Sebenarnya istilah Anak Bekebutuhan Khusus adalah untuk menunjuk mereka yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial (Fauzi,2017).


Setibanya kami di sana, kami diterima oleh Pak Andi sebagai tuan rumah. Pak Andi menyambut kami dengan pakaian kaos dan celana pendek. Kami masuk ke rumahnya yang bertingkat dua. Kami berada di lantai dua dan kami duduk dengan Pak Andi. Kami melihat banyak poster yang ditempel oleh Pak Andi yang berisi mengenai kreatifitas dan semangat anak muda. Penampilannya seperti anak muda, Pak Andi di usia kepala empat tak membuat merasa beliau tua.


Sosok Andi Purnawan Putra sebagai Seniman dan Pemerhati Anak Kebutuhan khusus

Pak Andi memiliki passion di bidang seni khususnya menggambar. Sejak kecil memang suka menggambar, bahkan beliau mengatakan “mungkin gambar menggambar sudah menjadi gawan bayi”, artinya Pak Andi telah berbakat dalam menggambar sejak kecil. Dalam pembuatan karya seni ada tujuan-tujuan yang beragam, semuanya benar, tidak perlu dipermasalahkan. Sebagian seniman mengatakan bahwa karya seni yang ia ciptakan merupakan sebuah ekspresi, sebagian juga yang digunakan untuk mencari nafkah, serta menciptakan sebuah seni untuk mencari popularitas, dan sebagainya.


Alasan Pak Andi memilih bergerak di bidang kesenian khususnya seni rupa adalah pertama beliau memiliki passion di bidang tersebut. Beliau memiliki latar belakang pendidikan di bidang itu pula. Pak Andi mengatakan salah satu fungsi seni adalah sebagai media ekspresi, media untuk mengungkapkan hasrat perasaan yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Sementara anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kesulitan untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan hasrat yang ia ingin bagikan pada orang lain. Oleh karena itu, seni rupa menjadi media yang mungkin dianggap mudah dan menjadi solusi dalam mengekspresikan perasaannya, di situ ada korelasinya.


Masa kecil Pak Andi mungkin sedikit berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya. Pada usia 5 – 6 tahun anak-anak sudah bisa membaca, sementara itu pada usia 8 tahun Pak Andi belum bisa membaca. Beliau belum mengerti huruf angka dan sebagainya. Di zaman sekarang hal tersebut dinamakan Disleksia. Pada waktu tes IQ hasilnya normal-normal saja, tapi pada kenyataannya beliau tidak bisa mengenali huruf dengan mudah. Akhirnya pada suatu ketika Pak Andi menjalani sebuah terapi yaitu mengenal huruf melalui gambar. Jadi, pada waktu itu gambar digunakan sebagai media untuk mempelajari simbol-simbol seperti huruf dan angka sekaligus menjadi media untuk ekspresi. Oleh karena itu apa yang beliau rasakan pada zaman kecil dulu ingin dibagikan kepada anak-anak yang kebetulan mungkin membutuhkan hal semacam itu. Pak Andi menyimpulkan bahwa metode Art Therapy atau terapi menggunakan metode seni itu memungkinkan menjadikan salah satu solusi mengatasi Disleksia. Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata. Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, Sp A, menjelaskan, disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Terdapat dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia (Candra, 2010).


Pandangan Andi Purnawan Putra Terhadap Anak Kebutuhan Khusus dan Kehidupannya.

Dulu Pak Andi merasa minder, bahkan beliau merasa bahwa dunia ini tidak diciptakan untuk dirinya, melainkan untuk orang lain. Dikarenakan ketidakpercayaan diri tersebut, beliau akhirnya susah dalam bergaul, tidak memiliki banyak teman, sensitif, mudah marah, selalu menyendiri, dan sebagainya. Jadi, hal pertama yang harus dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus adalah dia harus percaya diri. Dengan begitu, potensi-potensi terpendam dalam diri anak tersebut akan bermunculan. Pak Andi mengatakan bahwa banyak anak yang dicap Autisme memiliki permasalahan hanya satu yang seharusnya bisa diselesaikan, tetapi orang lain tidak mampu memahami kondisi si anak berdampak kepada banyak permasalahan psikologi, diibaratkan permasalahan seperti bola salju yang menggelinding yang lama-kelaman menjadi besar dan seakan anak kebutuhan khusus tidak mampu berbuat apa-apa.


Pak Andi dengan gaya yang santai mengatakan ketika beliau memiliki jabatan maka beliau perlu menyuarakan aspirasi mereka yang perlu diperhatikan dan kami (anak kebutuhan khusus) memiliki hak sama seperti kalian yang normal. Terkadang, anak kebutuhan khusus bisa memanfaatkan potensi dengan baik, sedangkan yang tidak memiliki keterbatasan apapun tidak bisa memanfaatkan atau mengarahkan potensi yang lebih baik dan bermanfaat untuk orang lain. Pak Andi menyuarakan mengenai anak kebutuhan khusus dengan media-media mampu memberikan solusi terhadap eksistensi anak kebutuhan khusus, seperti seni rupa yang kemampuan Pak Andi miliki dengan harapan dari seni rupa bisa membantu untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami anak kebutuhan khusus serta menggali potensi-potensi anak kebutuhan khusus dengan media seni rupa.


Bagaimana Andi Purnawan Putra Mengembangkan Potensi Seni Terhadap Anak Kebutuhan Khusus

Kami tergelitik dengan pernyataan Pak Andi yang perlu digali potensi-potensi anak kebutuhan khusus. Kemudian kami bertanya bahwa apakah Pak Andi memiliki metode-metode tersendiri untuk menggali potensi anak kebutuhan khusus. Pak Andi mempertegas pernyataannya bahwa seni adalah salah satu cara untuk media penyembuhan anak kebutuhan khusus. Pak Andi menambahkan bahwa ketika anak kebutuhan khusus memiliki minat di kesenian maka kita harus mengarahkan di bidang seni. Jangan kemudian dipaksa kepada bidang seni. Dengan pikiran gelitiknya, Pak Andi mempertanyakan bahwa apakah penyuka seni harus menjadi seorang seniman untuk bisa mendeskripsikan bahwa dia menyukai seni. Pak Andi menambahkan bahwa penikmat seni juga termasuk ke dalam kategori menyuka seni karena jika tidak ada penikmat seni maka seniman memperoleh apresiasi dari mana? Pak Andi mencontohkan seperti orang yang tidak memiliki bakat menyanyi dan bisanya hanya menikmati itu termasuk sebagai penyuka seni.

Pada tahun 2003, Pak Andi bergabung kepada komunitas yang fokus kepada anak kebutuhan khusus. Beliau menjadi sangat bagaiman mengenal bakat anak kebutuhan khusus karena Pak Andi terbiasa dengan mereka dan kemampuan mengenali anak kebutuhan khusus dengan sendirinya mengerti potensi anak kebutuhan khusus. Sebagai contoh, anak suka gerak kemana-mana maka anak itu diarahkan ke bidang kinestetik yang memiliki fokus pekerjaan yang melakukan banyak motorik. Pak Andi menambahkan, anak-anak yang suka mendengar cerita dari orang lain atau rekaman maka anak itu diarahkan ke bidang audiotorik.


Jika, anak kebutuhan khusus memiliki ketertarikan pada seni rupa, Pak Andi mengajak untuk menggambar. Dalam menggambarkan, Pak Andi membebaskan untuk menggambar apa saja, tidak dituntut menggambar sesuai dengan keinginan Pak Andi sebagai guru seni rupa. Pak Andi mampu membaca apakah anak kebutuhan khusus sudah memiliki tanda-tanda kesembuhan atau belum. Sebagai contoh, anak yang menggambar masih pada tataran imajinasi si anak maka anak tersebut masih belum terbuka dengan dunia luar atau Introvert. Sedangkan anak yang menggambar sudah pada tataran realita maka anak tersebut sudah terbuka dengan dunia luar atau Extrovert yang mengerti figur-figur di lingkungan sekitar.

Seni rupa yang dimengerti banyak orang hanya sekadar menggores di secarik kertas, akan tetapi menurut Pak Andi membuat benda dari tanah liat termasuk dalam kategori seni rupa. Bahkan, proses membuat benda dari tanah liat bisa menjadi sarana ekspresi emosi bagi si anak walaupun secara bentuk tidak menggambat suatu benda.


Kami melempar pertanyaan kepada Pak Andi mengenai dari mana mendapat pengetahuan psikologi anak kebutuhan khusus? Kemudian Pak Andi menjawab bahwa beliau mendapatkan pengetahuan psikologi secara umum pada saat beliau kuliah karena di perkuliahan, beliau mendapatkan mata kuliah mengenai Psikologi Pendidikan dan Psikologi Perkembangan yang menurutnya mata kuliah tersebut menjadi bekal pengetahuan beliau. Selain itu, Pak Andi juga mengajar di sekolah swasta berbasis inklusi sehingga Pak Andi mendapatkan pengetahuan anak kebutuhan khusus secara tidak langsung.


Sekolah berbasis inklusi memang memfasilitasi anak kebutuhan khusus untuk sekolah, akan tetapi yang membedakan dengan sekolah luar biasa adalah interaksi dengan orang yang normal. Tak hanya itu, sekolah inklusi memfasilitasi semua anak, dari anak yang kekurangan ekonomi hingga anak memiliki perbedaan agama, ras, dan suku bangsa. Belum lama, Pak Andi bersama para guru dan para pengusaha untuk membuat asosiasi untuk para difabel karena mereka harus mendapatkan hak dan kewajiban suatu pekerjaan yang seperti dilakukan oleh orang normal lainnya.


Pak Andi dengan tegas pada pertanyaan terakhir mengatakan bahwa kita tidak bisa mengeneralisasi semua orang sudah sadar dengan orang difabel, sebab, orang di sekitar kita bermacam-macam dengan tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Namun, jika semua orang belum menyadari dengan orang difabel maka kita terus mengampanyekan atau mengajak untuk peduli difabel. Pak Andi menganggap dirinya harus menjadi pelopor untuk menggerakan peduli terhadap difabel.


Kesimpulan

Selama kami bertemu dengan Andi Purnawan Putra, kami sangat berkesan tentang keterbukaanya secara sikap maupun pemikiran membuat kami berpandangan guru yang sebenarnya dimiliki oleh Andi Purnawan Putra. Bagaimana Andi Purnawan Putra cara mengajarkan kepada anak kebutuhan khusus seperti sahabat. Bagaimana Andi Purnawan Putra menggali potensi anak kebutuhan khusus yang dianggap orang normal itu tidak ada. Menurut kami, apa yang dilakukan oleh Andi Purnawan Putra menerapkan pendidikan egaliter yang seperti dikatakan oleh Martha C. Nussbaum, mengemukakan gagasannya mengenai pendidikan untuk perkembangan manusia. Menurutnya, pendidikan harus mempromosikan perkembangan siswa. Selain itu, pendidikan harus mendorong siswa untuk tujuan pengembangan manusia yang egaliter.


Referensi :

Nussbaum, M. C. (2009). Education for Profit, Education for Freedom. Liberal Education Summer, 6-13.

Candra, A. (2010, Agustus 3). Apa itu Disleksia?. Retrieved from Kompas.com: https://lifestyle.kompas.com/read/2010/08/03/09255726/Apa.Itu.Disleksia

Fauzi, A. Z. (2017, Desember 28). Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus. Retrieved from Geotimes: https://geotimes.co.id/opini/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/

25 views0 comments

コメント


bottom of page