top of page

“Citra Tubuh”

Writer's picture: Argitha AricindyArgitha Aricindy

Oleh : Argitha Aricindy Dan Prita Diwani Praja



Bulan September lalu Netflix kembali merilis film terbarunya yang berjudul "Sierra Burgess is a Loser". Film yang disutradarai oleh Ian Samuels tersebut mengisahkan tentang kehidupan seorang remaja bernama sierra Burgess yang diperankan oleh Shannon Purses. Sierra diperankan sebagai sosok yang percaya diri,pintar, dan puitis. Ia digambarkan mempunyai karakter yang tegas. Ia pun tak begitu peduli dengan sistem kasta antara anak gaul dengan cupu ala sekolah - sekolah Amerika. Sierra benar - benar tidak terihat seperti anak cupu yang biasa digambarkan dalam film - film serupa.Walaupun tidak secara tampilan.Karena tubuhnya yang tegolong "gemuk" untuk masuk kedalam kategori anak - anak populer. Yang membuat film ini istimewa adalah Sierra yang diperankan oleh Shannon Purser yang mana ia cukup vokal tentang isu kesehatan mental pada remaja dan body positivity. Karena itu dipilihnya Shannon Purser sebagai pemeran utama film ini dianggap sebagai sebuah kemajuan karena berani tidak memilih aktor langsing, berpinggang kecil, tinggi,dengan wajah standar sampul majalah seperti kebanyakan film remaja lainnya.Namun,semua itu dirusak oleh plot cerita yang sedikit konyol. Alih - alih menjadikan Sierra sebagai ikon body positivity, plot yang disusun justru membuat tokoh terlihat jahat. Pertama karena ia mengerjai Jamey (sierra's crush) dengan identitas palsu (catfishing). Tak hanya itu Sierra juga sempat berpura-pura tuli demi melancarkan usaha catfish-nya itu.Ia juga sempat melakukan revenge porn kepada Veronica (musuh Sierra) dengan menyebarkan gambar - gambar pribadi Veronica ke media sosial. Dan akhirnya semua kebodohan Sierra itu diutup dengan premis : bahwa semua kenakalan Sierra disebabkan oleh tubuhnya yang gemuk.


Karena premis yang muncul dalam film tersebut kami kemudian memutuskan untuk membicarakan mengenai istilahBody Image (Citra Tubuh) . Keresahan kami mengenai standar kecantikan juga mendorong kami untuk membahas hal tersebut.Di beberapa tahun terakhir isu – isu terkait Body Image memang sering diperbincangkan di berbagai ranah disiplin ilmu Body Image didefinisikan sebagai a multidimensional, subjective and dynamic concept that encompasses a person’s perceptions, thoughts, and feelings about his or her body1. Definisi lain mengenai body image yaitu gambaran yang dimiliki seseorangmengenai tubuhnya dalam bentuk kepuasan danketidakpuasan yang merupakan hasil daripengalaman subjektif individu (Smolak &Thompson, 2009). Selain itu, gambaran tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorangterhadap tubuhnya..Melalui tulisan ini kami ingin mengetahui sudah sejauh mana Body Image itu terpasung dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat terutama remaja.


Body Image Remaja Saat ini


Masa remaja adalah usia ketika anak menjadi lebih berkonsentrasi pada kondisi fisiknya (Wong, 2008). Usia remaja dimulai sekitar 10-13 tahun dan berakhir pada 18-22 tahun (Santrock, 2007). Pada masa ini, remaja mulai mengalami berbagai perubahan penting salah satunya adalah perubahan fisik (Feldman, 2012).Perubahan fisik yang terjadi membuat remaja menjadi lebih memperhatikan dirinya dan melakukan penilaian tentang penampilan fisiknya.Perhatian remaja terhadap tubuh ini merupakan salah satu aspek psikologis yang disebut dengan istilah citra tubuh (McCabe & Ricciardelli dalam Santrock 2007).Citra tubuh itu sendiri didefinisikan sebagai gambaran seberapa jauh individu merasa puas dan menerima bagian-bagian tubuhnya serta penampilan fisik secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh persepsi individu itu sendiri, perbandingan dengan orang lain, dan sosial budaya (Thompson dalam Ridha, 2012).


Citra tubuh yang dimiliki antara remaja putra dan remaja putri berbeda.Hal tersebut karena perbedaan perubahan fisik yang dialami.Brooks- Gunn & Paikoff (dalam Santrock, 2007) mengatakan remaja putri menjadi kurang puas dengan tubuhnya, dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini disebabkan karena pada remaja putri lemak dalam tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra massa otot yang meningkat (Philips dalam Santrock, 2007).Hasil penelitian Neumark- Sztainer mengenai “Weight-related concerns and behaviors among overweight and non-overweight adolescents: implications for preventing weight- related disorders” yang dikutip dalam SooHoo, Reel dan Pearce (2011) menemukan bahwa selama masa remaja, perempuan mulai mengalami perubahan tubuh pubertas, dengan 24-46 % responden perempuan memiliki ketidakpuasan pada tubuhnya dan citra tubuh menjadi negatif.


Thompson (dalam Ridha, 2012) mengungkapkan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu terhadap tubuhnya bergantung pada perasaan yang dimiliki individu serta harapan-harapan mengenai tubuhnya.Secord dan Jourard (Grogan, 1999) berpendapat bahwa kepuasan seseorang terhadap tubuhnya sangat berhubungan dengan harga diri, dengan kata lain orang yang memiliki kepuasan tubuh tinggi juga akan cenderung memiliki harga diri tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pisitsungkaga (2013) mengenai “Body Image Satisfaction and Self Esteem in Thai Female Adolescence : the moderating role of self-compassion” yang menunjukkan bahwa kepuasan terhadap citra tubuh secara signifikan mempengaruhi harga diri pada remaja putri.


Body Image dalam perspektif Psikologi


“Body image seseorang itu juga tergantung dengan lingkungan dan pengalaman yang dia miliki.Karenabody image juga terbentuk dariself concept (konsep diri) seseorang. Kalau konsep diri dia dibentuk oleh lingkungan nya maka bisa jadi body image nya akan ngikut dgn 'tuntutan' lingkungan nya”Remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003).Salah satu aspek yang menonjol dalam perkembangan seorang remaja adalah perubahan fisik yang dimulai ketika seorang remaja telah mengalami pubertas, yaitu masa kematangan fisik yang cepat, dimana melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang terjadi terutama pada masa remaja awal.Perubahan fisik yang terjadi pada remaja, dapat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis remaja termasuk didalamnya konsep diri dalam membentuk bodyimage.


Berdasarkan wawancara diatas, salah satu faktor yang membentuk body image seseorang adalah lingkungan. Dalam hal ini adalah ingkungan sosial misalnya kelompok teman sebaya.Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana sesorang belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan anggota keluarganya. Teman sebaya memiliki pengaruh penting terhadap pembentukan citra tubuh seseorang.Kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata yang menyiapkan tempat untuk seseorang menguji dirinya sendiri dan orang lain.


Kelompok teman sebaya memberikan kesempatan untuk melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai – nilai yang ditentukan oleh teman – teman seusianya.Keberadaan teman sebaya dalam kehidupan seseorang merupakan suatu keharusan, untuk itu setiap orang harus mendapatkan penerimaan yang baik untuk memperoleh dukungan sosial dari kelompok sebayanya.dukungan sosial dari teman sebaya membuat anak merasa memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan kreatif sifatnya, saling menguatkaan bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan seseorang memperoleh rasa nyaman dan aman. Karena itu body image akan bisa bersifat positif apabila ada dukungan dari lingkungan sosial.


Body Image dan Peran Media Massa


“Di media sosial seperti instagram banyak iklan tentang tubuh yangg ideal dan itu ngaruh ke mindset orang – orang. Ada yang menganggap body image itu penting dan berorientasi dengan ke keidealisme an itu. Makanya ngebikin postingan atau kontenya bagaimanapun biar kelihatan slim karena menurut mereka itu ideal. Kadang itu yang nyebabin orang – orang yang kelebihan berat badan ngerasa sedih padahal sebenernya mereka bahagia – bahagia aja dengan kondisi tubuh mereka”2.


Pencitraan perempuan dalam mediamassa dapat menimbulkan berbagai dampak termasuk didalamnya pembentukan citra tubuh pada remaja. Smolak & Levine(1996) menyatakan bahwa selama masa remaja, media merupakan faktor sosiokultural yang mempromosikan skema kurus bagi remaja putri. Tylka & Sabik (2010) menyebutkan bahwa semakin sering seorang wanita membandingkan tubuhnya dengan tubuh wanita lain menyebabkan mereka semakin tidak puas dengan tubuhnya. Gencarnya iklan kecantikan yang saat ini ditayangkan di televisi dengan menggunakan model yang dianggap sebagai figur ideal turut mempromosikan skema kurus bagi remaja, sehingga remaja mulai membandingkan kondisi tubuh yang dimiliki dan membandingkan bentuk tubuh mereka dengan bentuk tubuh perempuan lain yang dianggapnya lebih menarik.Iklan telah berperran membentuk sebuah makna atau image kecantikan. Iklan yang disampaikan melalui media massa memiliki peran yang sangat besar dalam memproduksi dan mengkonstruksi arti kecantikan.


Dalamkebanyakan iklan, wanita dikatakan cantik apabila ia muda, berkulit putih,wajah mulus tanpa jerawat, berambut hitam lurus dan tidak berketombe, danmemiliki tubuh yang langsing. Secara tidak langsung iklan pun membentukatau memperkuat image perempuan “cantik”. Teks-teks yang ada dalam iklan telah didistorsi sedemikian rupa sehingga yang muncul dalam gambaran orang ketika mendengar kata cantik adalah wanita yang langsing tanpa tonjolan lemak di tubuh, berkulit putih mulus, berwajah mulus tanpa jerawat, berambut hitam panjang lurus tanpa ketombe, tidak punya masalah dengan bau badan maupun bau mulut, muda, pakaiannya fashionable.


Padahal terdapat relatifitas kecantikan dalam masyarakat yang dinilai secara berbeda-beda antar budaya dan antar waktu.Di negara-negara non-Barat, seperti di Afrika, tubuh yang gemuk diinterpretasikan sebagai suatu simbol kematangan seksual, kesuburan, kemakmuran, kekuatan, dan kebijaksanaa.Sebaliknya, negara-negara maju dan berkembang (termasuk Indonesia), tubuh yang dianggap cantik bagi kaum perempuan adalah keserasian antara tubuh dan tinggi badan.Kepercayaan tersebut tentu menjadi racikan bagi budaya populer saat ini untuk mempromosikan kebencian dan ketakutan terhadap kegemukan secara besar-besaran.Hal ini kemudian dikonfrontasi dengan pesan yang bertubi-tubi dari media massa bahwa kecantikan, keberhasilan, kebahagiaan, dan harga diri dapat diraih bila para perempuan memiliki bentuk tubuh yang kurus.


Ciri-ciri kepribadian yang tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan kegemukan antara lain penipu, pemalas, tidak rapi, jelek, kejam, dan bodoh. Fenomena ketakutan dan kebencian terhadap kegemukan ini bukan hanya berhenti pada diri sendiri, perempuan juga peduli untuk sekedar mengingatkan atau bahkan sampai pada kritik terhadap perempuan lain di sekitarnya. Persuasi dari orang tertentu (keluarga dan teman sebaya) menjadi faktor lain perhatian perempuan terhadap bentuk tubuhnya.Akibatnya sejumlah besar remaja perempuan mendiskusikan tentang berat badan dan perilaku diet dengan teman-teman mereka.Padahal sikap yang mendukung terhadap persuasi untuk bertubuh ideal menurut ukuran media akan lebih mudah mengalami ketidakpuasan terhadap citra tubuhnya (body image dissatisfaction). Selain itu, seringkali yang dimaksud dengan berat dan bentuk tubuh yang ideal menurut media tersebut bukanlah ideal menurut ukuran kesehatan, yaitu bentuk tubuh kurus dengan berat badan yang berada di bawah normal.Juga kenyataannya, wanita-wanita yang ditampilkan dalam iklan bisa saja tidak secantik dalam iklan.Tubuh mereka bisa dilangsingkan dan kulitnya diputihkan lewat kecanggihan teknologi digital.


Skala Body Image


Persepsi dan evaluasi remaja terhadap Body Image dipengaruhi oleh serangkaian masalah yang kompleks, di antaranya yang pertama adalah adanya perubahan fungsi-fungsi kognitif pada remaja yang membuat ramaja mampu mengkonstruksi dan melakukan interpretasi kembali teoriteori mereka mengenai tubuh dengan cara baru yang berbeda. kedua, perubahan-perubahan fisik dan kognisi yang terjadi sering dengan meningkatnya isu konformitas terhadap teman-teman sebaya. Menurut Botta (Amalia, 2007) komparasi sosial yang dilakukan oleh remaja perempuan dan laki-laki tentang apa yang disebut body image yang indah, yaitu memperhatikan dengan seksama citra tubuh dalam diri di lingkungan maupun masyarakat, serta media informasi yang sesungguhnya. Mempelajari, serta mencari tahu apa itu citra tubuh yang indah, kemudian memutuskan seperti apa mereka harus berpenampilan yang baik, serta membandingkan penampilan mereka dengan apa yang disebut cantik dan indah oleh masyarakat, yang menjadikan sumber informasi bagi remaja, dan terakhir memotifasi diri mereka untuk dapat mengubah penampilan serta menyesuaikan dengan citra tubuh yang mereka lihat, sehingga remaja dengan mudah membentuk pemahaman-pemahaman realistis yang menimbulkan penerimaan diri yang baik pada remaja.


Penerimaan diri banyak dipengaruhi oleh body image berupa budaya dan standarisasi masyarakat mengenai penampilan dan kecantikan, meliputi konsep kurus, gemuk, indah dan menawan ketika dilihat. Sehingga body image menjadi isu yang meluas dikalangan remaja. Penerimaan diri juga dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan diri dalam menjalani kehidupan, yang sewaktu-waktu bisa menjadi pengaruh yang sangat kuat pada diri remaja. Skala Body Image dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek Body Image yang dikemukakanoleh Thompson (2000). Aspek-aspek dalam body image yaitu persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan, aspek perbandingan dengan orang lain, dan aspek reaksi terhadap orang lain. Penilaian, perasaan dan harapan yang menyertai objek body image menjadi aspek dasar pengukuran terhadap body images. Skala Body Image dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek Body Image yang dikemukakan oleh Thompson (2000). Aspek-aspek dalam body image yaitu persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan, aspek perbandingan dengan orang lain, dan aspek reaksi terhadap orang lain.


Penilaian, perasaan dan harapan yang menyertai objek body image menjadi aspek dasar pengukuran terhadap body images. Santrock (2007) Menjelaskan penerimaan diri merupakan suatu kesadaran untuk menerima diri sendiri apa adanya. Penerimaan diri pada remaja tidak berarti menerima begitu saja kondisi dirinya tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut. Proses bagaimana seorang individu mendapat keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungannya. Penerimaan diri lebih bersifat suatu proses dalam hidup sepanjang hayat manusia. Dalam proses penerimaandiri dapat saja muncul konflik, tekanan, frustasi, yang menyebabkan remaja terdorong untuk meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan dirinya dari kegagalan. Dalam ilmu perkembangan psikologi remeja, secara singkat dapat mendeskripsikan pandangan pemprosesan informasi terjadi terhadap penerimaan diri remaja, pemprosesan informasi pada remaja meliputi bagaimana remaja itu menemukan kembali informasi positif untuk dipikirkan dan digunakan dalam memecahkan masalah Santrock (2007).


Penutup


Dari pembahasan diatas bisa disimpulkan bahwa reaksi individu terhadap perkembangan fisiknya akan sangat bergantung pada pengaruh lingkungan dan diri sendiri, bagaimana interpretasi yang diberikan lingkungan terhadap kondisi tubuhnya. Selain itu berdasarkan bisa dikatakan bahwa tekanan untuk bertubuh langsing dari lingkungan sosial seseorang dapat mendorong ketidakpuasan terhadap tubuh karena pesan berulang-ulang bahwa seseorang tidak cukup kurus akan menghasilkan perasaan tidak senang dengan penampilan fisik .Lingkungan sosial dalam hal ini adalah media massa dimana makna ke-cantikan telah dihasilkan .Para penguasa, dalam hal ini pemilik modal, berusaha menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru dengan menciptakan sebuah standar kecantikan. Mereka membuat sebuah pola yang sama, wanita dikatakan cantik apabila dia berambut panjang lurus, berkulit putih, berwajah mulus, langsing, dan harum. Bisa dilihat, makna “cantik” telah menjadi suatu hal yang standar dan homogen. Di seluruh dunia, perempuan yang dikatakan “cantik” apabila ia sesuai dengan standar yang telah disebutkan, di luar itu mereka tidak bisa dikatakan cantik.

Daftar Pustaka

1Wawancara dengan A, mahasiswa Psikologi UGM, 20 Desember 2018. Kami menyamarkan semua nama mahasiswa yang kami ajak diskusi karena alasan privasi.

2 Wawancara dengan B , mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM, 20 Desember 2018. Kami menyamarkan semua nama mahasiswa yang kami ajak diskusi karena alasan privasi.

Alexandra NEAGU .(2015).Body Image : A Theoritical Frame Work.Institute of Anthropology. Romanian Academy . Bucharest, Romania.


16 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Subscribe

LOGO UGM.jpg
LOGO KEMANT.jpg

Gd. R. Soegondo lt. 5 FIB UGM
Jl. Sosiohumaniora No. 1
Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Crafting Ethnography 

Departemen Antropologi FIB-UGM

  • Twitter

©2018 'Crafting Etnography' Creative Team

bottom of page