top of page

Eating Out: Foodcourt dan Bentuk Ekspresi Tingkat Sosial Masyarakat Yogyakarta

Updated: May 26, 2019

Akhmad Khanif, Alfian Nurhidayat, Muhammad Dian Saputra T, Vidya Ramadhani.


Menikmati waktu luang saat akhir pekan di mal adalah pilihan yang sewajarnya dipikirkan oleh semua orang, terlebih lagi bagi para pekerja dan mahasiswa yang menghabiskan waktu selama weekday dengan berbagai aktivitas yang harus diselesaikan. Maka pilihan untuk meredakan “stres” salah satunya dengan mengunjungi mall bersama keluarga atau teman, dan hal tersebut akan sangat menyenangkan. Di hari terakhir menjelang bulan Ramadan ini, kami melakukan observasi ke Hartono Mall Yogyakarta yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan favorit bagi masyarakat Yogyakarta. Kami melihat banyak orang yang memilih untuk menghabiskan waktu dengan berkeliling di mall. Setelah puas berkeliling mal dan bahkan banyak yang berburu kebutuhan untuk Ramadan esok. Menjelang waktu makan siang, foodcourt di lantai atas adalah tempat yang bisa jadi paling ramai dikunjungi.


Foodcourt merupakan area makan yang terbuka dan bersifat informal (Wahyani dan Budiwati, 2016). Area ini biasanya terdapat di mall-mall. Foodcourt juga bisa menjadi salah satu ajang untuk membuka pusat keramaian yang sangat efektif. Foodcourt menjadi pusat jajanan serba ada yang tidak hanya sekadar tempat mengisi perut. Berkumpulnya ratusan menu makanan di satu lokasi itu pun sekarang menjadi arena rendezvous bagi masyarakat urban untuk memuaskan hasrat bertukar cerita, melepas rindu, hingga menikmati hiburan untuk pelepas penat. Deretan stand makanan yang menjual berbagai makanan dan cemilan memang tampak menggiurkan. Apalagi menu makanan yang ditawarkan sangat banyak jenisnya, mulai dari makanan cepat saji yang “kekinian” hingga makanan rumahan yang rasanya tidak berbeda jauh dengan makanan ibu di rumah (bagi kami yang anak rantau).


-Family First, Handphone Second-


Dokumen Pribadi

Saat berkunjung ke mall, foodcourt kerap dijadikan sebagai tempat terfavorite untuk menghabiskan waktu berlama-lama. Terutama, untuk mengobrol bersama keluarga ataupun teman. Hal tersebut terlihat saat kami mengunjungi foodcourt yang berada di Hartono Mall. Banyak diantara pengunjung yang mulai berbincang bersama keluarga atau temannya saat datang menuju foodcourt. Setelah mendapatkan kursi, mereka melanjutkan obrolan saat menanti makanan datang. Suasana gaduh dan bising di foodcourt akibat kegiatan memasak di semua tenant membuat orang-orang yang duduk di sekitar meja kami berbincang dengan suara yang agak kencang, sehingga kami juga dapat mendengar apa yang mereka bincangkan.


Salah satu kebiasaan buruk yang banyak dilakukan oleh orang saat ini adalah makan sambil main handphone (Lumakto, 2014). Tetapi yang kami lihat, kebanyakan orang yang makan di foodcourt lebih memilih untuk berbincang bersama keluarga dan teman dibanding bermain handphone saat menunggu makanan datang. Kami sendiri merasa makan bersama keluarga merupakan waktu yang sangat istimewa apalagi jika dilakukan di luar rumah. Menjauhkan diri dari handphone untuk sementara saat makan bersama keluarga atau teman merupakan etika yang harus diterapkan di zaman ini.


Hello E-Money, Bye Bye Cash

Dokumen Pribadi

Di Indonesia, layanan financial technology atau pembayaran digital sedang meningkat popularitasnya. Sistem pembayaran melalui dompet digital atau e-wallet telah menjadi salah satu pilihan banyak orang saat ini. Nurwasito (2009), berpendapat bahwa sistem transaksi pembayaran digital di foodcourt dapat mendukung kenyamanan pelanggan pada saat melakukan transaksi pembayaran. Sistem ini akan menerapkan penggunaan media aplikasi seperti LinkAja, Ovo, Gopay dan lainnya yang dintegrasikan dengan barcode scanner pada saat stansaksi pembayaran di tenant makanan di foodcourt. Karena pada sistem ini, e-wallet akan menggantikan uang tunai sebagai alat bantu pembayaran, sehingga kita tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang cukup banyak sekaligus dapat mempercepat transaksi pembayaran karena pelanggan tidak perlu mengantri di loket kasir.


Seperti yang terlihat di foodcourt Hartono Mall, kami menemukan hampir semua tenant makanan sudah menggunakan layanan pembayaran menggunakan e-wallet. Walaupun begitu tetap saja banyak pengunjung yang tetap melakukan transaksi dengan menggunakan uang tunai. Berbagai layanan financial technology menawarkan banyak promo kepada para pengguna layanan tersebut dengan “iming-iming” promo dan cashback. Kami melihat banyak promo payday hingga diskon sampai 60% di beberapa tenant yang menawarkan pembayaran menggunakan e-wallet Gopay maupun Ovo. Anak muda menjadi sasaran utama layanan financial technology dalam mengembangkan produknya (Waris, 2018). Hal tersebut terlihat saat segerombolan anak sekolah menengah atas yang memesan makanan sejenis ayam cepat saji dengan menggunakan smartphone mereka.


Semua Kalangan Berhak Makan

Dokumen Pribadi

Urusan wisata kuliner menjadi hal yang menarik untuk dicoba. Tua, muda, laki-laki, dan perempuan punya kesempatan yang sama untuk berwisata kuliner. Mal menjadi salah satu tujuan dalam urusan berwisata kuliner. Banyak orang yang memanfaatkan fasilitas foodcourt untuk mencari makanan yang ingin orang-orang cicipi. Mufidah (2012), berpendapat bahwa foodcourt selalu menjadi tempat yang paling ramai dikunjungi di mal. Hal tersebut dikarenakan orang-orang dapat memilih beragam jenis makanan hanya dalam satu tempat. Foodcourt bisa menjadi tempat favorit semua kalangan untuk berkumpul lengkap dengan jajaran tenant pilihan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kami melihat banyak tenant foodcourt Hartono Mall menyediakan promo dan diskon yang menarik bagi pengguna layanan financial technology seperti Gopay dan Ovo. Hal tersebut dapat memancing kalangan anak muda yang sangat tertarik dengan “iming-iming” promo.


Foodcourt dapat dijadikan sebagai tempat untuk meeting, bertemu dengan teman atau rekan kerja, reuni dan lain sebagainya. Hal tersebut terlihat dari adanya segerombolan anak muda yang sedang menyantap makanannya dan berbagi kepada teman-temannya. Lalu ada para pekerja yang menggunakan batik, mungkin setelah meeting mereka memutuskan untuk makan siang di foodcourt. Adapula keluarga besar yang menikmati makanan dari berbagai tenant dan menempati meja makan yang panjang, mereka sibuk berbincang dan bercanda bersama anggota keluarganya.


Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa foodcourt dapat menjadi arena rendezvous bagi masyarakat urban sekarang karena foodcourt sendiri berada di area mall sehingga setelah capek berkeliling mall, mereka dapat istirahat dan menikmati berbagai sajian makanan dikala mereka sudah lapar. Saat kami mengamati keadaan sekitar, kami tidak bisa membedakan orang-orang yang sedang makan dari golongan apa dan lapisan masyarakat apa. Karena menurut kami, mall merupakan area yang terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan semua orang bebas mengunjungi setiap tempat yang ada di mall, salah satunya foodcourt.


Good Service, Good Rating

Saat pertama kali memasuki area foodcourt, hal pertama yang dicari oleh pengunjung adalah meja kosong. Kebetulan sekali kami datang ke foodcourt Hartono Mall pada waktu siang hari yang bertepatan dengan waktu makan siang. Setelah kami mendapatkan tempat yang strategis untung observasi, kami melihat banyak orang yang mondar-mandir karena mencari meja. Karena meja penuh semua, banyak diantara pengunjung yang memilih berkeliling untuk mencari meja yang kosong di area foodcourt yang lain. Adapula yang menunggu di area tenant sambil memilih menu makanan yang akan disantap untuk makan siang, dan menunggu meja pengunjung lain yang sudah hampir makan. Foodcourt Hartono Mall sendiri sudah menyediakan meja dan kursi yang cukup untuk menampung banyak pengunjung. Akhmad (2015), bahwa jarak antar meja foodcourt dibuat cukup berjauhan, hal tersebut memungkinkan agar pengunjung tidak kesulitan untuk berjalan menuju meja dan memudahkan pelayan yang membawa makanan di area foodcourt.


Menurut kami, foodcourt Hartono Mall sangat good service karena pelayanan yang dilakukan full service. Pengunjung hanya tinggal memesan makanan di tenant mereka inginkan, dan kemudian makanan yang dipesan akan diantar oleh pelayan langsung ke meja. Setelah selesai makanpun pengunjung tidak diharuskan untuk membereskan bekas makanan mereka karena sudah banyak cleaning service yang berjaga di setiap beberapa tenant. Kebersihan di tempat ini pun sangat terjaga karena adanya cleaning service. Jika melihat review pengunjung foodcourt Hartono Mall di google rating, dapat dilihat bahwa foodcourt tersebut mendapat komentar yang positif dari pengunjung dan mendapat nilai 4,7 dari 5. Walaupun begitu, sebagai pengunjung yang baik dan beradab, sudah seharusnya kita menjaga kebersihan foodcourt dengan tidak membuang sampah sembarangan walaupun sudah ada cleaning service yang berjaga di banyak area foodcourt.


Referensi

1. Akhmad, Dias. 2015. Bentuk dan Ukuran Meja Makan di Restoran. Diakses dari https://www.restofocus.com/2015/06/bentuk-dan-ukuran-meja-makan-di-restoran.html.

2. Lumakto, Giri. 2014. Makan Sembari Main Handphone/Gadget, Ga Banget!. Diakses dari https://www.kompasiana.com/girilu/54f68079a33311d87c8b4fdd/makan-sembari-main-handphone-gadget-ga-banget.

3. Mufidah, N. L. 2012. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt oleh Keluarga. BioKultur, Vol. 1(2): 157-178.

4. Nurwasito, Heru. 2009. Sistem Transaksi Pembayaran Food Court Dengan Teknologi E-Card. Jurnal EECCIS, Vol. 3(2): 41-47.

5. Wahyani, Dyah., & Budiwati, Septana. 2016. Pelaksanaan Perjanjian Penggunaan Tempat Usaha Culinary (Studi Di Food Court “Cetera” Bandara Soekarno Hatta Tangerang Dengan Tenants). Skripsi thesis. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6. Waris, S. H. et al. 2018. Perilaku Generasi Milenial dalam Menggunakan Aplikasi Go-Food. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 6(2): 240-249.

40 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page