Selain karena kekayaan alam dan budaya, Indonesia juga dikenal dengan ragam kulinernya yang khas. Setiap wilayah di Indonesia memiliki makanan khas yang berbeda. Masyarakat dari masing-masing wilayah juga mempunyai cara tersendiri untuk mengolah berbagai kekayaan alam yang ada dan mengolahnya menjadi makanan yang nikmat. Apabila Anda pergi ke wilayah pedesaan, warga masyarakat tradisional akan menghidangkan beraneka masakan untuk santapan sehari-hari.
Mayoritas warga desa merupakan keluarga yang dapat dikategorikan sebagai masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Akan tetapi, dengan keterbatasan yang ada, mereka dapat mengolah apa yang ada di lingkungan sekitarnya menjadi hidangan yang menggugah selera. Para warga akan membuat masakan senikmat mungkin dengan bahan-bahan yang terbatas. Sayangnya, tingkat kepedulian masyarakat desa terhadap kesehatan masih bisa dikatakan kurang. Kepedulian yang rendah terkait dengan nilai gizi pada makanan juga dipengaruhi oleh budaya konsumsi pada masyarakat tersebut.
Di puskesmas-puskesmas atau rumah sakit umum di daerah, banyak ditemui pasien-pasien lansia dengan keluhan kesehatan yang serupa, misalnya adalah hipertensi, kolesterol, diabetes, dan lain sebagainya. Pada banyak kasus, keluhan-keluhan seperti diatas disebabkan karena konsumsi makanan yang kurang sehat, kurang olahraga, konsumsi sayur dan buah yang rendah, kurang mengonsumsi air yang cukup, atau bahkan dari kebiasaan merokok.
Dari beberapa penyebab tersebut dapat kita simpulkan bahwa penyebab dari masalah-masalah kesehatan di banyak daerah di Indonesia disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat. Dengan keadaan seperti ini, masyarakat Indonesia sangat dianjurkan untuk peduli dengan kesehatannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui menjaga pola hidup sehat. Pola hidup sehat pada warga pedesaan dirasa merupakan gaya hidup masyarakat kalangan atas yang memerlukan biaya mahal. Padahal pola hidup sehat bukan hanya penting bagi masyarakat kalangan atas saja, tetapi bagi seluruh masyarakat di berbagai kalangan juga perlu untuk menjalani pola hidup sehat guna menjaga kesehatan tubuhnya dan agar senantiasa bugar dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Apa itu Gaya Hidup Sehat?
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang, termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Namun ironinya, banyak dari masyarakat kita baru akan menganggap kesehatansenagai sesuatu yang penting setelah dirinya dalam keadaan sakit. Bahkan kemudian muncul ungkapan bahwa sehat itu mahal harganya. Oleh karena itu, akan jauh lebih baik melakukan tindakan pencegahan bermacam masalah kesehatan dengan memulai gaya hidup yang lebih sehat dari sekarang, membenarkan ungkapan mencegah lebih baik daripada mengobati.
Dari data yang didapat, pola hidup masyarakat Indonesia masih juah dari kata sehat. Dilansir dari laman kebijakankesehatanindonesia.net, bahwa tingkat rendahnya pola hidup sehat masyarakat Indonesia disebabkan oleh perubahan aktivitas yang semakin padat. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya pola hidup yang serba instan. Pola hidup dan makanan instan yang dikonsumsi masyarakat masih jauh dari kebutuhan nutrisi, ungkap Andam Dewi, General Manajer Pt Herbalife Indonesia. Ungkapan diatas juga ada benarnya, kita melihat saat ini masyarakat dengan aktivitas yang padat, baik di desa maupun di kota, akan lebih memilih membeli masakan jadi atau makanan siap saji daripada memasak sendiri. Padahal masakan-masakan yang dijajakan tersebut belum tentu terjamin mutu dan nutrisinya.
Data dari laman World Food Program mengungkapkan, bahwa konsumsi buah dan sayur warga masyarakat Indonesia menurun dan masih tidak memadai. Pada tahun 2016, dalam kurun 5 tahun terakhir, penduduk Indonesia hanya mengonsumsi sebanyak 43% buah dan sayur dari yang direkomendasikan, jumlah ini bahkan kurang dari setengah jumlah yang dianjurkan. Padahal untuk memenuhi kebutuhan buah dan sayur masyarakat, ketersediaan produksi para petani lokal dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Kemudian dalam hal keterjangkauan dari distribusi buah dan sayur juga menjadi masalah. Tingkat konsumsi buah dan sayur pada penduduk miskin menurun dengan cepat, berbeda dengan masyarakat yang sejahtera. Hal ini menunjukkan bahwa aspek keterjangkauan merupakan penghalang utama untuk konsumsi buah dan sayur yang memadai bagi penduduk miskin di Indonesia. Meski begitu, bahkan pada penduduk yang lebih sejahtera, tingkat konsumsi buah dan sayur juga dikatakan belum mencukupi.
Dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa kepedulian terhadap kesehatan pada masyarakat perkotaan lebih baik daripada pada masyarakat pedesaan, yang mana ditunjukkan oleh lebih tingginya tingkat konsumsi sayur dan buah pada masyarakat yang lebih sejahtera. Sungguh disayangkan, mengingat bahwa sayur dan buah yang mana diproduksi oleh masyarakat tani di pedesaan lebih banyak di konsumsi oleh masyarakat kota daripada dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi warga desa sendiri.
Selain dalam hal konsumsi sayur dan buah, pola hidup yang tidak sehat pada masyarakat desa juga bisa disebabkan karena tingginya konsumsi gula dan rokok. Kita semua tahu, bahwa pada masyarakat pedesaan, tingkat sosialisasi antar warga dikatakan cukup tinggi, seperti misalnya pada kegiatan ronda, pertemuan rutin antar RT atau RW, pertemuan rutin ibu-ibu PKK, pengajian, kerja bakti, atau hanya sekedar duduk-duduk bersama mengobrol di teras rumah dengan tetangga, ditemani dengan rokok juga teh ataupun kopi. Data dari Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan tahun 2013 menyebutkan, sebanyak 53.1 % penduduk Indonesia yang berusia diatas 10 tahun mempunyai kebiasaan mengonsumsi gula berlebih. Kelebihan konsumsi gula tersebut, dikemudian hari dapat menyebabkan masalah kesehatan berupa diabetes.
Selain itu, masalah kesehatan juga sering disebabkan karena kebiasaan merokok. Fenomena merokok pada masyarakat pedesaan semakin hari semakin memprihatinkan. Bahkan menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi dan Pengeluaran BPS Tahun 2015, rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk rokok berada pada urutan kedua setelah padi-padian (makanan pokok). Anak-anak di desa saat ini tidak hanya menjadi perokok pasif, bahkan juga sudah banyak yang menjadi perokok aktif. Hal ini sungguh memprihatinkan mengingat betapa berbahayanya rokok bagi kesehatan. Kebiasaan merokok ini lambat laun akan berdampak pada kesehatan, salah satunya adalah masalah paru-paru, baik pada tingkat yang ringan yaitu batuk, atau bahkan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius, yaitu kanker paru-paru.
Sehat atau Nikmat
Makanan yang nikmat belum tentu sehat, dan sebaliknya, makanan yang sehat tidak semuanya nikmat. Masakan bersantan, gorengan, kue basah, masakan pedas, tentu nikmat disantap. Akan tetapi, semua itu tidaklah baik untuk kesehatan kita. Makanan bersantan dan gorengan menjadi penyebab kolestrol, terlalu manis menjadi diabetes, makanan pedas tidak baik untuk lambung. Makanan seperti itu dapat berdampak pada kesehatan, selain meningkatkan kolestrol, menyebabkan diabetes, dan maag, dan yang lebih berbahaya adalah bisa menyebabkan stroke atau bahkan serangan jantung. Untuk itu, sangat perlu bagi kita semua untuk menjaga pola hidup yang sehat.
Pola hidup sehat yang selama ini ada dalam benak masyarakat selalu dikaitkan dengan gaya hidup masyarakat kalangan atas, dirasa mahal, sehingga banyak dari masyarakat yang cenderung tidak peduli dengan kesehatan sampai mereka jatuh sakit. Orang yang sakit, seperti misalnya kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, maag, baru akan memperhatikan pola hidup yang sehat setelah sakit. Dan mereka hanya bisa menyesal karena telah menyepelekan pola hidup yang sehat dengan mengonsumsi makanan yang tidak baik bagi kesehatan terus-menerus.
Sebenarnya, pola hidup yang sehat tidaklah sulit dilakukan. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga pola hidup yang sehat juga dibarengi dengan mengonsumsi makanan yang tetap nikmat. Langkah yang paling sederhana bisa dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan mengurangi konsumsi gula, rata-rata konsumsi gula perorang adalah 50 gram perhari atau setara dengan 4 sendok makan perhari. Langkah selanjutnya adalah mengolah sendiri masakan dalam rumah tangga. Dengan memasak sendiri, kita jadi bisa mengetahui apa kandungan dalam makanan dan dapat membatasi agar tidak ada yang berlebihan. Hal ini tentu lebih baik daripada membeli makanan instan atau masakan siap saji yang tidak kita ketahui komposisi di dalamnya. Kemudian kita juga harus bisa mengatur pola makan kita sendiri, yaitu dengan makan tiga kali sehari, karena dengan terpenuhinya makan selama tiga kali sehari akan membawa banyak dampak positif bagi kesehatan tubuh kita.
Kampanye Gaya Hidup Sehat
Kampanye mengenai gaya hidup sehat sebenarnya sudah lama dilaksanakan di Indonesia. Salah satu contohnya adalah mengenai slogan “4 Sehat 5 Sempurna”. 4 Sehat 5 Sempurna merupakan slogan pemenuhan gizi yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, terdisi dari makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, yang kemudian disempurnakan dengan susu. Dengan pemenuhan 5 hal tersebut, diharapkan konsumsi gizi masyarakat Indonesia menjadi terpenuhi. Selain slogan tersebut, kampanye pola hidup sehat juga banyak kita jumpai di laman media sosial. Banyak influencer yang secara rutin membagikan kisahnya mengenai pola hidup sehat dengan harapan akan banyak diikuti oleh para pengikutnya.
Selain itu, banyak selebriti tanah air yang menjadi influencer gaya hidup sehat yang berlomba berkampanye mengenai gaya hidup sehat di media sosial. Pemerintah juga turut serta mengkampanyekan gaya hidup sehat, diantaranya adalah melalui laman online Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pada laman depkes.go.id, ada beberapa yang langkah untuk menuju pola hidup sehat. Pertama, yaitu ketahui kondisi kesehatan diri sendiri, hal ini untuk memantau kesehatan kita dan juga menghindari apabila ada sesuatu yang salah pada tubuh kita sehingga bisa dilakukan langkah sedini mungkin untuk menghindari kemungkinan terburuk.
Kedua, yaitu berolahraga, cukup dengan 75 menit per minggu waktu yang diperlukan untuk berolahraga. Ketiga, yaitu pilih makanan yang tepat, 4 Sehat 5 Sempurna. Keempat, yaitu menghindari kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, berlebihan mengonsumsi makanan manis dan berlemak, begadang, dan lain sebagainya. Kelima, yaitu mengelola stress, banyak sekali masalah kesehatan yang dipicu oleh stress, oleh karenanya kita harus memperhatikan betul-betul agar terhindar dari stress. Keenam adalah istirahat yang cukup dan teratur, yaitu tidur selama 8-9 jam sehari. Ketujuh adalah perbanyak minum air putih. Dan kedelapan adalah menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari bakteri dan virus penyebab penyakit.
Pada laman Berita Online di website resmi Kementerian Kesehata RI, pada Juli 2018, Menteri Nila juga mengkampanyekan gerakan minum jamu guna mencegah berbagai penyakit. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga telah mensosialisasikan Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kepada masyarakat, yang digelar mulai tahun 2016. Germas merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden Joko Widodo dengan mengedepankan upaya preventif, serta melibatkan seluruh komponen bangsa dalam kemasyarakatan paradigma sehat. Gerakan ini meliputi kegiatan fisik, konsumsi buah dan sayur, tidak merokok, memeriksakan kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Germas secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, dan memeriksakan kesehatan secara rutin, minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
Hidup Sehat Dimulai dari Diri Sendiri
Pola hidup yang sehat menjadi penting bagi berbagai lapisan masyarakat, bukan hanya pada masyarakat kalangan atas tapi juga pada masyarakat pedesaan. Hal ini menjadi penting dewasa ini, seiring dengan bertambahnya masalah kesehatan yang disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat, terutama pada masalah pola makan yang tidak sehat. Pola makan yang menjadi fokus disini adalah pada masyarakat pedesaan yang tingkat kepedulian terhadap hidup sehat masih tergolong rendah. Akan tetapi, saat ini banyak sekali kampanye-kampanye baik di media massa atau media sosial yang dengan lantang menyuarakan gaya hidup sehat bagi masyarakat Indonesia. Dengan adanya hal ini, seluruh lapisan masyarakat diharapkan dapat lebih peduli dengaan kesehatan mereka serta dapat memulai gaya hidup sehat mulai sekarang.
Pada masyarakat pedesaan, langkah untuk menuju pola hidup sehat dapat dilakukan dengan delapan langkah hidup sehat yang dikampanyekan oleh Kementrian Kesehatan diatas, kedelapan langkah tersebut juga membuktikan bahwa hidup sehat itu tidaklah mahal. Jadi, mari kita jaga kesehatan kita dengan gaya hidup sehat sejak dini!
Referensi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (5 April 2018). Sosialisasi Germas Atasi Masalah Kesehatan. Retrieved from http://www.depkes.go.id/article/view/18040600001/.
Ramdhiani, Mendy. (2018). Pengertian Kesehatan Menurut Para Ahli, WHO, dan Depkes. Retrieved from https://jagad.id//.
Traister, Jeffrey. (2017, 3 Oktober). Pros and Cons for Healthy Food Choices. Live Strong. Retrieved from https://www.livestrong.com/article/358976-pros-and-cons-for-healthy-food-choices/.
World Food Program. (2017, November). Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan Indonesia, (8). Retrieved from https://docs.wfp.org/api/documents/WFP-0000024091/download/.
Comments