top of page

Jogjabike Menguatkan Keistimewaan Yogyakarta

Updated: May 13, 2019

Nur Muhammad Swastika Ardhi, Lia Sukma Catartika, Pipin Mukharomah , dan Asyifa Nadia Jasmine


ree
Dokumentasi Pribadi

Pada 27 Oktober 2018 lalu, Haryadi Suyuti, Walikota Yogyakarta, meresmikan peluncuran JogjaBike di kawasan Malioboro. Keberadaan JogjaBike sendiri juga menjadi andil dalam penobatan Yogyakarta menjadi salah satu kota peraih Smart City Award 2018 bersama dengan Jogja Smart Service. JogjaBike merupakan sebuah Bike Sharing dengan menggunakan aplikasi smartphone pertama di Indonesia.


Dilansir dari hitekno.com, JogjaBike dicetuskan oleh tiga orang yakni M. Aditya Arif Nugraha, Triyanto, dan Jaka Susanta. Ketiga orang tersebut terinspirasi dari negara-negara lain yang sudah menerapkan sistem Bike Sharing maupun Bike Rent seperti di Singapura.


JogjaBike didukung penuh oleh pemerintah Yogyakarta. Sepeda JogjaBike menggunakan bentuk sepeda khas Yogyakarta yaitu sepeda Onthel. Dengan sedikit modifikasi tambahan keranjang di bagian depan sepeda. Dilansir dari HarianJogja.com sepeda JogjaBike dibuat bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis Logam Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Jogja. Selain untuk menekan biaya produksi, hal ini juga dilakukan agar sepeda yang dibuat tidak harus membeli dari luar kota. Dari pembuatan sepeda, shelter, hingga reparasi sepeda JogjaBike semua ada di Yogyakarta.


Untuk sementara ini JogjaBike baru memiliki tiga spot deretan shelter di tiga tempat yang dinilai banyak didatangi wisatawan. Lokasi pertama sudah tentu kawasan Malioboro yang terkenal sebagai pusat destinasi wisatawan ketika berkunjung ke Yogyakarta. Lokasi spot JogjaBike yang kedua berada tidak jauh dari kawasan Malioboro yaitu di kawasan Mangkubumi yang dekat dengan icon kota Yogyakarta yaitu Tugu Pal Putih. Sementara itu, lokasi ketiga berada cukup jauh dari Malioboro maupun Mangkubumi yaitu kawasan Jalan Suroto yang berada dekat dengan perpustakaan kota, beberapa cafe maupun restoran, serta dekat dengan sekolah seperti SMP N 5 Yogyakarta atau SMA N 3 Yogyakarta.


Keistimewaan JogjaBike terletak pada device yang diletakkan pada bagian kanan setang sepeda tersebut. Device yang ada pada JogjaBike bernama SmarterBike. Sebuah hardware yang dapat diintegrasikan dengan aplikasi di smartphone yang diciptakan oleh PT DycodeX Teknologi Nusantara, sebuah perusahaan fokus pada pengembangan perangkat keras cerdas, sistem tertanam, Internet of Things, dan produk lainnya yang berdiri pada tahun 2015.


Berdasarkan informasi dari laman resmi DycodeX, dycodex.com, SmarterBike terdiri dari empat bagian yaitu Smart Head, Smart Lock, Dock, dan Charging Station. Smart Head adalah deviceI utama yang berfungsi sebagai tempat mengakses fitur-fitur dari SmarterBike. Smart Lock merupakan sistem keamanan penguncian sepeda yang terhubung dengan Dock serta Charging Station. Semua bagian dari SmarterBike di desain dan dibuat di Indonesia.


Untuk mengakses device SmarterBike dibutuhkan aplikasi khusus yang juga diciptakan oleh PT DycodeX Teknologi Nusantara. Aplikasi tersebut bernama InaBike yang dapat di unduh melalui AppStore maupun PlayStore sehingga sudah kompatibel dengan jenis-jenis smatphone yang umum digunakan masyarakat. Setelah membuat akun yang terhubung dengan email dan nomor telepon genggam, dengan berbekal kuota internet dan camera, kita dapat melakukan scan QR Code yang tertera pada device SmarterBike di JogjaBike untuk membuka Smart Lock sepeda tersebut.


Secara otomatis, smartphone yang kita gunakan sudah terhubung dengan device dan bisa dilacak oleh server dimana posisi kita karena terhubung dengan GPS (Global Positioning System). Penggunaan JogjaBike masih gratis untuk saat ini, namun akan ada pengembangan dimana pengguna harus melakukan TopUp terlebih dahulu jika ingin menggunakan JogjaBike tersebut. Dalam aplikasi ini kita juga bisa meminta bantuan kepada command center JogjaBike jika ada kendala seperti sepeda rusak maupun kecelakaan. Tidak lupa, peta penunjuk arah berbasis Google Maps juga disediakan di aplikasi InaBike sehingga pengguna tidak perlu khawatir kebingungan mencari lokasi shelter maupun arah jalan.


Di sisi lain, salah seorang fasilitator JogjaBike, Ricky, mengatakan bahwa JogjaBike menyediakan asuransi bagi penggunanya dan segala kerusakan sepeda semua ditanggung oleh pihak JogjaBike karena memang selalu dilakukan pengecekan kondisi sepeda secara rutin oleh teknisi JogjaBike.


Sementara ini, belum semua JogjaBike terpasang device SmarterBike tersebut. Namun kedepannya, seluruh sepeda akan dipasang device. Selain itu, kita masih diharuskan untuk mengembalikan sepeda yang kita sewa ke shelter tempat kita menyewa sepeda tersebut. Tetapi akan ada pengembangan lebih lanjut agar pengguna tidak perlu mengembalikan sepeda di shelter semula baik dengan penambahan jumlah shelter maupun jumlah sepeda. Dari sisi devicenya, DycodeX juga sedang mengembangkan sistem navigasi yang ada pada device SmarterBike sehingga nantinya pengguna tidak harus melihat smartphone untuk mencari jalan.

Konektivitas Jogjabike dengan Aspek Keruangan

Fitur baru yang ditawarkan pemerintah berupa fasilitas sepeda berbasis teknologi ini tentu digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Namun fasilitas ini belum bisa ditemui diberbagai sudut Kota Yogyakarta mengingat saat ini masih dalam tahap pengoprasian dan penyempurnaan.


Mengutip dari salah satu platform berita online Bernas.id (yang diunggah pada 16 Desember 2018) memaparkan bahwa “Akhir tahun ini, jumlah sepeda yang dioperasionalkan bertambah menjadi 200 unit atau meningkat cukup banyak dibandingkan pada saat peluncuran yaitu sebanyak 20 unit sepeda,” kata Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti di sela peresmian “Shelter Pit Jogjabike” di Taman Pintar Yogyakarta, Minggu (16/12/2018).


Tentu saja peningkatan jumlah sepeda bukan tanpa alasan, melihat bahwa adanya peluang bagi kemajuan fasilitas terbaru di Kota Yogyakarta ini. Selain itu seperti yang diberitakan oleh Bernas.id bahwa saat ini, sudah ada lima “shelter pit” yang berada di kawasan Malioboro, yaitu Loko Cafe Stasiun Tugu, Malioboro Mall, Kepatihan atau Kantor Gubernur DIY, Museum Vredeburg dan di Taman Pintar sebagai titik kelima.


Penempatan berbagai “shelter pit” yang berada di beberapa sudut Kota Yogyakarta tentu tidak sembarang menempatkan shelter-shelter tersebut. Bernas.id menyebutkan bahwa sesaat setelah momen peresmian “shelter pit” yang berlokasi di Taman Pintar dinilai cukup strategis karena wisatawan dapat mengakses berbagai tujuan wisata dengan mudah seperti mengunjungi Keraton Yogyakarta, Taman Sari, hingga berbelanja di sejumlah pusat oleh-oleh.


Dari kutipan ini terlihat gaya pemilihan pihak Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menentukan letak-letak shelter dalam peluncuran Jogjabike tahap pertama ini. Tempat-tempat yang digemari oleh para wisatawan menjadi salah satu pertimbangan utama dalam menentukan letak daripada “shelter pit”. Tentu saja supaya para wisatawan dapat lebih muda mengakses dan sekaligus membantu kemudahan dalam perjalanan wisata.


Dalam unggahan DetikNews pada tanggal 27 Oktober 2018 menampilkan kutipan dari penggagas Jogjabike, Muhammad Aditya. “Sementara waktu pihak pengelola Jogjabike baru menyediakan 20 unit sepeda. Pihak pengelola menargetkan hingga akhir tahun 2019 sudah ada 1.000 sepeda yang tersedia di shelter sepanjang Jalan Malioboro. Hal ini menandakan bahwa lokasi tersebut menjadi salah satu lokasi utama dengan melihat banyaknya jumlah sepeda yang hendak disediakan dari wacana para pihak pengelola Jogjabike.


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa objek wisata dalam kota menjadi salah satu destinasi utama para wisatawan dan menjadikan peluang bagi pihak pemerintah untuk memperlihatkan keindahan dari kota itu sendiri.


Selain dari segi letak “shelter pit” adapun fokus dari para pihak pengelola Jogjabike untuk adanya dukungan jalur khusus sepeda. Dikutip dari HarianJogja.com yang diunggah pada 9 Desember 2018 menyebutkan bahwa Muhammad Aditya (selaku penggagas Jogjabike), “Untuk jalur khusus, kami hanya ikut kebijakan Dinas Perhubungan Jogja karena Malioboro ke depan akan jadi kawasan pedestarian”.


Keinginan adanya jalur khusus sepeda dari pihak penggagas Jogjabike menandakan adanya kesungguhan untuk membuat Yogyakarta menjadi lebih ramah lingkungan dan turut ikut serta dalam pengurangan polusi dari asap kendaraan. Bukan semata-mata untuk fasilitas penunjang daya tarik wisatawan namun juga adanya segi positif yang dapat berdampak baik bagi lingkungan.


Jogjabike, sudah jelaskah tujuannya?

Smart City, menjadi salah satu latarbelakangi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta dalam menyediakan fasilitas sepeda “Jogjabike”. Dilansir dari laman berita TimesIndonesia, dikatakan bahkan Pemkot Yogykarta telah meraih penghargaan Smart City Award 2018. Akan tetapi apa itu sebetulnya Smart City? Mengapa Yogyakarta ingin dibuat menjadi Smart City? Lalu apa kaitannya dengan layanan Jogjabike? Bagaimana masyarakat menyikapi fasilitas Jogjabike ini?


Isu-isu kekinian yang kebanyakan membahas perihal global warming mendorong suatu kondisi perencanaan dan pembangunan kota berbasis aspek lingkungan dan berkelanjutan. Secara sekilas, Smart City (Suhono 2015) merupakan pengembangan dan pengelolaan kota dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan TIK ini berguna untuk menghubungkan, memonitor dan mengendalikan berbagai sumber daya yang ada di dalam kota secara lebih efektif dan efisien. Manfaatnya, untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya serta mendukung pembangunan berkelanjutan.


Dengan kata lain, kota mengetahui permasalahan yang ada di dalamnya (sensing), memahami kondisi permasalahan tersebut (understanding) , dan dapat mengatur (controlling) berbagai sumber daya yang ada untuk digunakan secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memaksimalkan pelayanan kepada warganya.


Melalui laman Bappeda DIY, terdapat cukup banyak informasi mengenai Smart City, salah satunya mengenai upaya yang dilakukan kota Yogyakarta. Dalam laman tersebut dipaparkan mengenai rencana pembangunan yang telah dimulai dari Smart Action Plan serta perencanaan berbasis IT yakni “Jogja Plan”. Selain pemerintah, partisipasi masyarakat tentu dibutuhkan agar mampu membuat kota pintar dan cerdas.


Selaras dengan Smart Action Plan tersebut, aplikasi Jogjabike menjadi salah satu dari sekian upaya bertahap pemerintah dalam membangun Smart City. Kami memilih Jogjabike sebagai fokus tulisan ini, sebab akses objek tersebut cukup mudah dijangkau untuk kami dan relevan pula. Melihat dari banyaknya artikel mengenai fasilitas dan aplikasi tersebut, tujuan adanya Jogjabike ini ialah sebagai fasilitas transportasi umum ramah lingkungan untuk menghubungkan satu lokasi ke lokasi lain.


Hanya saja, ketika kami crosscheck ulang lagi, ada beberapa artikel media massa yang justru menyebutkan Jogjabike sebagai fasilitas sepeda wisata padahal hanya sebagai transportasi semata saja. Mungkin, hal tersebut juga didasari oleh uji coba yang hanya digerakkan di tiga titik lokasi keramaian saja. Di mana titik tersebut jika diperhatikan memang lokasi yang dekat dengan objek-objek wisata.


Ada pula, pemaparan dari pegawai Jogjabike yang bertugas di “shelter pit” Kepatihan bernama Ricky, ia merupakan salah satu fasilitator atau penjaga shelter sepeda yang membantu jalannya laju aplikasi. Ia mengatakan bahwa Jogjabike tidak dikhususkan untuk wisata saja, mungkin karena tahap uji coba di titik yang terbilang pada wisatawan, sehingga banyak masyarakat yang mengira Jogjabike hanya sebagai sepeda wisata.


Melihat ini, kita dapat katakan bahwa tujuan pemerintah belum tersampaikan sepenuhnya, walaupun Jogjabike ini masih dalam proses disempurnakan. Alangkah baiknya jika tujuan fasilitas tersebut sudah dapat terpublikasi dengan benar. Akan tetapi, pembaharuan teknologi ini jelas patut diapresiasi walaupun masih dalam tahap uji coba. Bahkan Pemkot Yogyakarta juga telah mendapatkan Penghargaan Smart City Award pada tahun 2018 yang membuktikan bahwa perwujudan Yogyakarta sebagai kota cerdas melalui Jogjabike sudah mendapat banyak respon dan tanggapan.


Masih perlukah penyempurnaan?

Jogja Bike adalah fasilitas terbaru dari Pemkot Yogyakarta untuk membuat inovasi baru dalam berwisata. Meskipun terbilang baru, namun peminat dan peminjam fasilitas Jogja Bike cukup banyak dan meningkat setiap minggu. Peningkatan ini menjadikan pemerintah semakin optimis untuk terus mengoptimalkan baik dari aspek aplikasi serta fasilitas serta semua aspek-aspek yang dirasa perlu untuk ditingkatkan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, kami menyimpulkan bahwa pemerintah berproses dalam membuat inovasi Jogja Bike.


Komisaris Jogjabike, Trianto, mengapresiasi kepercayaan Pemkot Yogya saat ini. Ia pun siap untuk menambah sepeda di Malioboro agar bisa memenuhi keinginan wisatawan.

"Alhamdulillah untuk liburan akhir tahun akan ada 200 sepeda yang beroperasi," katanya. Tak hanya di sekitar Malioboro, tahun 2019 Jogjabike akan menjangkau di luar kawasan wisata itu. Jogjabike siap untuk menjawab tantangan dengan menjadi alternatif sarana wisatawan yang praktis dan nyaman. Tapi, kini mari nikmati libur akhir tahun di Malioboro dengan nyaman bersepeda (DetikNews)


Melihat bagaimana awalnya hanya beberapa sepeda kemudian semakin bertambah setelah melihat antusiasme dan tanggapan positif warga Yogyakarta dan wisatawan. Namun, di balik kepuasan dan kebanggaan, menurut pengamatan kami dan hasil wawancara ada beberapa aspek kekurangan dan kelebihan Jogjabike baik dari segi aplikasi maupun aspek lain. Setiap aspek memiliki kelebihan dan kekurangan yang membuat kami sebenarnya ingin menegaskan bahwa bagaimana pemerintah menanggapi hal ini.


Ada beberapa kelebihan dari fasilitas Jogjabike yang kami ketahui berdasarkan pengamatan serta wawacara dengan fasilitator. Jogjabike bisa menjadi salah satu fasilitas yang bisa dipakai oleh para wisatawan dan mengurangi polusi. Menuju Yogyakarta Green City, Pemerintah Kota setempat membangun fasilitas Jogjabike, supaya masyarakat setempat dan wisatawan mengurangi pemakaian kendaraan dan beralih bersepeda. Bahkan ada istilahnya yaitu Jogja Gowes.


Dengan kebijakan pemerintah yang memfasilitasi diharapkan wisatawan lokal dan domestik mampu memanfaatkan secara optimal fasilitas yang disediakan. Setiap shelter ada s1-2 fasilitator Jogjabike. Hal ini berdasarkan wawancara kami dengan salah satu fasilitator di shelter Malioboro bernama Feri. Berdasarkan wawancara kami, pembagian shift jaga adalah sistem rolling dengan pergantian satu minggu/satu bulan sekali. Untuk menentukan berapa jumlah penjaga per-shelter adalah dari segi teritorial dan ramai atau tidaknya tempat tersebut. Misal: di jalan Suroto ada satu penjaga dan mulai dibuka jam 1 siang karena sepi, sedangkan Malioboro sudah dibuka sejak pagi.


Device di setiap sepeda sudah bagus. Kami mengatakan hal ini karena berdasarkan hasil wawancara, jika device sudah bisa dipasang di semua sepeda, device dapat mendeteksi dimana keberadaan sepeda serta kapan seorang peminjam Jogjabike harus berhenti dan mengembalikan sepedanya.


Aplikasi berbasis Bahasa Indonesia dan Inggris, dengan aplikasi berbasis bahasa Inggris dan Indonesia, semua wisatawan lokal dan domestik dapat mengakses aplikasi tanpa kebingungan, karena dengan penggunaan bahasa yang universal semua wisatawan dapat mengaksesnya dengan mudah.


Menjadi salah satu aspek promosi pariwisata DIY. Yogyakarta sebagai destinasi utama di Indonesia setelah Bali haruslah terus mengembangkan sektor pariwisata serta mempromosikan kekayaan potensi pariwisata yang dimilikinya dengan berbagai kegiatan sebagai tools atau alat yang dijadikan sebagai magnet untuk para calon wisatawan, selain menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk PAD Yogyakarta kegiatan tersebut tentunya juga meningkatkan minat para calon wisman ataupun wisnus untuk berkunjung ke Jogjakarta, kegiatan-kegiatan sebagai ajang promosi ini telah di rangkai sedemikian rupanya oleh pemerintah Jogjakarta untuk memuaskan serta meningkatkan wisatawan Jogjakarta (Pancananda 2007). Dengan fasilitas Jogja Bike, PemKot Jogja berharap dapat memfasilitasi wisatawan dengan baik sehingga menawarkan kepuasan tersendiri.


Untuk saat ini belum berbayar, sehingga wisatawan dapat menghemat finansial. Rida mengatakan bahwa seluruh warga dan wisatawan yang menggunakan Jogja Bike masih tak dipungut biaya alias gratis. Meski enggan menyebut kapan dan berapa tarif yang akan dipatok nanti, ia mengajak wisatawan untuk beramai-ramai merasakan destinasi baru Kota Yogyakarta tersebut.


Di balik kelebihan baik secara aplikasi, fasilitas maupun device, masih ada beberapa kekurangan yang menjadi kendala. Hal ini mungkin terjadi karena fasilitas yang baru dibangun ini masih dalam tahap percobaan dan belum berjalan secara optimal. Beberapa kekurangannya akan kami berikan penjelasan.


Wisatawan masih kurang informasi terkait Jogja Bike, untuk mendukung budaya gowes di Yogyakarta, perlu adanya media sosialiasi berbagai macam informasi terkait gowes sehingga budaya gowes di Yogyakarta semakin berkembang dan juga dapat menjadi bagian dari pariwisata Yogyakarta ( Suranto & Sanjaya). Publikasi mengenai Jogja Bike, menurut kami masih sangat kurang, masih sangat jarang wisatawan mengetahui hal ini. bahkan ketika wawancara sedang berlangsung, ada seorang pemuda dan ibu-ibu begitu saja mengambil sepeda tanpa bertanya atau sekedar menyapa fasilitator. Setelah fasilitator mendatanginya, ternyata mereka tidak tahu bahwa meminjam fasilitas Jogja Bike harus memakai aplikasi. Meskipun disetiap shelter sudah ada x-banner dan stiker tata cara peminjaman, rata-rata wisatawan tidak memperhatikan.


Masing-masing shelter terkadang tidak ada fasilitator karena jam operasi yang berbeda,seperti yang kami lakukan kemarin, kami pergi ke Jalan Suroto untuk mencari informasi mengenai Jogja Bike. Namun yang kami lihat adalah kekosongan, bahkan sepeda di rantai dan dikunci, kami sempat bingung, hingga memutuskan ke Malioboro. Disana rata-rata setiap shelter sudah dibuka. Jam operasi bisa berbeda karena fasilitator melihat juga di setiap jam berapa rata-rata peminjam ramai.


Device belum ada di semua sepeda setiap shelter baru satu sepeda untuk penjaganya, disetiap shelter ada satu sepeda yang sudah memiliki device baik, itupun hanya diperuntukkan untuk penjaga, sehingga untuk sepeda yang lain belum ada. Pemkot sendiri mengatakan bahwa semua masih dalam proses percobaan dan akan terus dioptimalkan untuk memfasilitasi wisatawan dan masyarakat setempat.


Aplikasi dan device masih belum optimal, kami mengatakan hal ini karena ketika kami men-scan barcode mengalami kegagalan. Lalu juga di aplikasi selalu tertulis (0) sepeda, padahal di shelter tersebut masih ada sepeda. Lalu juga untuk pemasangan foto profil di aplikasi masih harus dilakukan secara manual ke instansi terkait.


Belum ada antisipasi jika terjadi kehilangan, karena aplikasi Jogja Bike dan device yang masih belum optimal, jika terjadi kehilangan mereka harus mencarinya secara manual. Meskipun hal ini tidak diharapkan oleh pemerintah serta fasilitator, namun kemungkinan terjaid besar. Apalagi fasilitator lain bernama Riki mengatakan bahwa pernah ada bule meminjam sepeda sampai di hotel dan tidak mengembalikannya di shelter dimana ia meminjam, semua petugas kelimpungan mencari sepeda di setiap tempat.



Referensi

  1. Albino, Vito & Berardi, Umberto & Dangelico, Rosa. (2015). "Smart Cities: Definitions, Dimensions, Performance, and Initiatives". Journal of Urban Technology.

  2. Pancananda, I. (2017). Strategi Promosi Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2015 Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara.

  3. Puspiwati, Ika Warakasih. ( 2016). Smart City Peluang dan Tantangan untuk Yogyakarta Berbudaya. Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta.

  4. Supangkat, Suhono. (2015). Anatomi Kota dan Smart City, Indonesia Smart city Initiatives

  5. Suranto, B., & Sanjaya, M. R. Pengembangan Laman Jogja Gowes Mendukung Budaya Bersepeda Di Yogyakarta.

Daftar Laman

  1. Dycodex.(2019). SmartBike. Diakses dari https://dycodex.com/smarterbike/#

  2. Hadi, Usman. “Mau Keliling Malioboro Yogya, Kini Tersedia Sepeda”. DetikNews, 27 Oktober

  3. (2018). (Web). 24 April 2019. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4275964/mau-keliling-malioboro-yogya-kini-tersedia-sepeda

  4. Hadi, Usman. Asyik Banget Cah Keliling Malioboro Gowes Pakai Jogjabike Aja. Detik News. 16

  5. Desember(2018).Diaksesdari https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-4345607/asyik-banget-cah-keliling-malioboro-gowes-pakai-jogjabike-aja

  6. Hermawan, D. “Sepeda Jogja Bike Ditambah, Shelter Baru Ada di Taman Pintar”. bernas.id, 16

  7. Desember (2018). (Web). 24 April 2019. https://www.bernas.id/66444-sepeda-jogja-bike-ditambah-shelter-baru-ada-di-taman-pintar.html

  8. Oktarini, Dinar Surya. “Gowes Asik, Susur Kota Bareng Aplikasi Jogja Bike”, HiTekno. 30

  9. November 2018. (Web). 24 April 2019. https://www.hitekno.com/gadget/2018/11/30/125759/gowes-asik-susur-kota-bareng-aplikasi-jogja-bike

  10. Razak, A. H. “Feature: Jogja Bike, Wisata Bersepeda dengan Usapan Jari”. HarianJogja, 09

  11. Desember (2018). (Web). 24 April 2019. https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2018/12/09/510/957892/feature-jogja-bike-wisata-bersepeda-dengan-usapan-jari

  12. Riyadi, A. Wali Kota Yogyakarta Puji Aplikasi Jogja Bike. Times Indonesia. 14 Desember (2018).

  13. (Web). Diakses dari https://www.timesindonesia.co.id/read/192819/20181214/182444/wali-kota-yogy akarta-puji-aplikasi-jogja-bike/

  14. Sigit, Agus. “Jogjabike, Cara Baru Nikmati Wisata Bersepeda di Jogja”, KRJogja. 28 Oktober

  15. 2018. (Web). 24 April 2019. https://krjogja.com/web/news/read/81523/Jogjabike_Cara_Baru_Nikmati_Wisata_Bersepeda_di_Jogja

  16. Tribun Jogja. Jogja Bike Masih Gratis. 5 April (@019). Diakses dari

  17. http://jogja.tribunnews.com/2019/04/05/jogja-bike-masih-gratis

  18. YK, Wong Humas Pemkot. “Kota Yogya Raih Smart City Award 2018”, Warta Jogjakota 14

  19. Desember 2018. (Web) 24 April 2019. https://warta.jogjakota.go.id/news/Kota-Yogya-Raih-Smart-City-Award-2018


Recent Posts

See All

Comments


Subscribe

LOGO UGM.jpg
LOGO KEMANT.jpg

Gd. R. Soegondo lt. 5 FIB UGM
Jl. Sosiohumaniora No. 1
Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Crafting Ethnography 

Departemen Antropologi FIB-UGM

  • Twitter

©2018 'Crafting Etnography' Creative Team

bottom of page