top of page
Writer's pictureSafira Adi Nareswari

Menilik Kembali Stasiun Tugu Yogyakarta

Updated: May 26, 2019

Paskalia Gracia, Alidza Lu'ay, Safira Adi dan Azzah Adilah.

Sebuah negara besar yang bisa dikatakan jumlah penduduknya sangat padat selalu mengedepankan kesejahteraan masyarakatnya, entah itu dalam bidang pertanian (pangan), pembangunan infrastruktur sebagai fungsi membantu meringankan mobilitas warga antar daerah, dan masih banyak lagi. Akhir akhir ini, pemerintahan Indonesia sedang gencar gencarnya pembangunan infrastruktur terutama bidang sarana transportasi seperti jembatan, bandara dan juga stasiun.


Bicara mengenai stasiun, langsung beralih ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta banyak sekali menyabet gelar, mulai dari Kota Pelajar, Kota Gudeg dan Pusat budaya Jawa pun ini setiap tahun nya pariwisata di Yogyakarta meningkat oleh datang nya para turis domestik maupun luar negeri. Pariwisata di Yogyakarta tentunya tidak terlepas dengan Stasiun yang terletak di sudut jantung Kota Yogyakarta yakni Stasiun Tugu Yogyakarta. Stasiun tersebut banyak memikat 'jantung' nya para turis dengan menghidangkan landscape sosial masyarakat yang diperlihatkan oleh warga asli Yogya, seperti contohnya landscape keramah tamahan warganya.


Stasiun, Apakah Itu?

Mendengar kata stasiun, pasti di benak kita langsung membayangkan bahwa stasiun adalah tempat dimana kita dapat bertemu dan berpisah pada orang-orang yang kita sayangi. Menurut KBBI, stasiun merupakan tempat menunggu bagi calon penumpang dan tempat perhentian kereta api dan sebagainya. Di Yogyakarta terdapat dua Stasiun yang masih beroperasi yakni Stasiun Besar Yogyakarta yang dulu lebih dikenal stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan.


Keberadaan Stasiun menjadi penting di kota Yogyakarta, mengingat kota Yogyakarta yang menjadi tempat tujuan para pendatang dari berbagai daerah untuk menimba ilmu. Salah satunya adalah Stasiun Besar Yogyakarya yang terletak di Jl.Margo Utomo No.1 Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi Stasiun ini terletak di sebelah ujung utara kawasan Malioboro yang berbatasan dengan jl. Margo utomo. Stasiun Yogyakarta mulai beroperasi pada 2 Mei 1887. Stasiun Yogyakarta merupakan wujud campurnya pemerintah hindia belanda dengan kesultanan Yogyakarta yang memiliki pengaruh besar bagi Yogyakarta.(Situskebudayaan.id)

Pintu masuk stasiun Yogyakarta ada 2, yakni di Jl. Margo Utomo di sebelah timur dan di Jl. Pasar kembang di sebelah Barat.Pada pintu masuk stasiun sebelah Barat terdapat beberapa fasilitas Indomaret, dan mesin cetak tiket Check in. berbeda dengan pintu masuk sebelah Timur, pintu masuk sebelah Barat lebih terlihat ramai karena banyak orang-orang yang duduk disekitar area tunggu untuk menunggu mobil jemputan.

-----

Semenjak Stasiun Tugu bagian depan atau disebut lobby di renovasi dengan memperluasnya, tempat ini sekarang menjadi instagrammable alias banyak sekali calon penumpang tak lupa berfoto ataupun orang orang yang sekedar nongrong seperti saya dan adik saya ini yang berfoto ini. Lobby Stasiun menjadi sangat instagramable dengan mempercantik bangunan lobby yang tetap mempertahankan jam nya dan merubah tulisan dibawah jam “Jogjakarta’’ dengan menambah warna dan ditambah lampu sorot, sehingga kesan nya memperindah Stasiun ini. Dahulunya, lobby ini sangat terbatas luasnya dan tidak se instagramable seperti yang dilihat sekarang ini. Seketika saya melihat kembali suasana parkiran, tiba tiba ada seorang bapak dan temannya yang barusan saja tiba di Jogja nampak galak dan bingung. Bapak dan temannya tersebut ternyata telah memesan gocar/ grabcar dan menyuruh menjemput di pintu timur, karena beliau keluar lewat situ. Akan tetapi, driver grabcar/ gocar tersebut, posisinya berada di pintu barat dan karena tidak mau repot muter, sang driver menyuruh bapak dan temannya tersebut untuk keluar lewat pintu barat. Selama itu, bapak nya agak menyentak dan sedikit berantem. Pada akhirnya, bapak dan temannya yang mengalah dan kembali masuk pintu timur lalu keluar lewat pintu barat.


Stasiun Tugu, Pintu Barat. 16 April 2019. Pukul 06.15-06.45.

Suasanya stasiun Tugu (terutama pintu masuk dan keluar Barat) sudah agak jauh berbeda dalam kurun waktu satu hingga dua tahun ini. Sekarang, proses pelayanan pembelian tiket dan pengembalian (refund) tiket terhitung sangat cepat. Petugas di konter pelayanan konsumen melayani calon penumpang dengan cekatan, terutama bagian loket tiket kereta Prameks. Mereka sangat hafal jadwal keberangkatan kereta dan memberi saran yang membantu soal pembelian tiket beserta alurnya. Petugas-petugas yang di bertugas di dalam ruangan berpakaian seragam biru khas PT. KAI atau seragam batik. Semua petugas perempuan rambutnya disanggul dan menggunakan sepatu hak tinggi atau minimal selop formal. Sedangkan petugas laki-laki berkemeja serta bercelana kain hitam, dan rambut rapi.

Penumpang yang berlalu-lalang di stasiun Tugu kebanyakan adalah orang sudah biasa menggunakan transportasi kereta api baik untuk jarak dekat (contoh: Prameks) maupun jarak jauh. Mereka-mereka ini terlihat hafal jadwal, terutama karena di pintu barat tidak disediakan papan jadwal keberangkatan seperti di pintu masuk utama. Orang-orang ini didominasi anak muda atau mahasiswa rantau dengan barang bawaan sedikit, yang terlihat cuma cari waktu di sela hari kerja untuk pulang atau mudik beberapa hari. Para mahasiswa rantau ini kebanyakan bepergian sendiri karena mungkin kereta-kereta yang disediakan sekarang jauh lebih aman dan nyaman.


Sayangnya di pintu barat, banyak sekali porter dan sopir taksi yang menunggu penumpang sambil merokok dan menggunakan banyak area duduk yang seharusnya untuk para penumpang. Sehingga situasi di pintu barat kurang nyaman untuk mereka yang harus menunggu lama untuk jemputan. Porter yang mengambil penumpang juga agak ‘ganas’ karena menerobos masuk hingga ke gerbong-gerbong kereta. Bila di stasiun kota-kota besar lainnya porter digunakan oleh orang-orang tua yang fisiknya tidak kuat membawa barang bawaan, di stasiun Tugu justru biasanya yang menggunakan jasa porter adalah ibu-ibu belum cukup tua yang barang bawaannya tidak banyak.


Stasiun Tugu – Pintu Timur, pukul 14.45 – 16.40

Sesampainya di stasiun, kami mengamati daerah parkiran yang suasana sangat lengang, hanya beberapa mobil motor yang mengantar. Lalu, suasana peron dan jalur rel kereta pun juga ikut sepi dan hening. Sementara, di depan pintu pemeriksaan tiket, baru beberapa penumpang yang diperiksa identitas nya, lalu semakin sore silir berganti penumpang pun kian bertambah. Ada pula penumpang yang baru mencetak tiket nya di Tugu, beberapa juga ada yang masih bingung ataupun ‘sengaja bingung’ untuk mencetak tiket, sehingga meminta tolong petugas. Penumpang pada sore itu didominasi oleh pasangan usia muda, ada yang bersama ibu- anak- nenek, orang tua sendirian dan adapula yang sekeluarga. Sejenak hening dalam sepi suasana peron dan jalur rel, tiba tiba masuklah Kereta Api Fajar Utama Yogyakarta yang menurunkan penumpang dengan tujuan akhir Yogyakarta, sehingga suasana ramai kembali. Tetapi, sejenak kembali hening dan sepi suasana di Tugu.


Pengumuman pun berbunyi memberitahukan bahwa jalur 3 sebentar lagi akan tiba Kereta Api Gajahwong, para porter pun berlarian menuju jalur 3 menunggu penumpang yang menggunakan jasanya, hanya 3 porter yang saya lihat di jalur 3. Sementara, terdapat 2 porter yang asyik mengobrol di area parkiran bersama dengan polisi stasiun. Sesaat suasana di depan pintu pemeriksaan tiket lengang, saya sejenak duduk sambil mengamati isi di tempat tersebut yang telah banyak berubah, seperti contohnya Loket stasiun sekarang ini hanya ada satu dan terletak di sisi kiri pintu pemeriksaan tiket. Sementara, di sisi kanan pintu tiket, telah diganti dengan tempat menyetak tiket online yang telah dipesan lewat KAI Acces. Lalu, sudah banyak iklan digital lewat layar online. Selain itu, depan pintu pemeriksaan tiket sudah ada 2 toko oleh oleh kekinian yakni Jogja Scrummy dan Bakpia Princess. Bicara mengenai oleh oleh, penumpang saat ini tidak lagi sering membawa oleh oleh Bakpia Pathuk dengan berbagai macam nomor 25, 75, 55 dan sebagainya. Penumpang kekinian sering membawa oleh oleh Bakpia Tugu Jogja yang menyediakan 2 jenis Bakpia yakni Matang dan Kukus.


Wajah Baru di Stasiun Tugu

Sempat menarik perhatian bahwa ada beberapa bangunan baru di sekitar area stasiun tugu. Salah satunya kafe Loko yang bertempatan di luar stasiun tugu atau lebih tepatnya terletak di selatan pintu masuk timur Stasiun. Cafe ini terdapat di stasiun stasiun besar seperti Lempuyangan, Pasar Senen, Gambir, Semarang poncol. Kafe ini didirikan oleh PT Reska Multiusaha yang masih termasuk anak perusahaan PT KAI yang bergerak di bidang jasa pelayanan kuliner.


Menurut berita yang dilansir, kafe ini utamanya hanya dikhususkan untuk penumpang Kereta yang menunggu kereta nya datang, tetapi semakin kesini kafe ini menjadi simbol ikonik Malioboro. Kafe ini mengambil konsep dunia Kereta Api, terlihat adanya 1 gerbong kereta yang sudah tidak berfungsi dan memanfaatkan seat kereta sebagai tempat duduk nya. Kafe Loko jika disiang hari terlihat tampak sepi, namun menjelang maghrib sampai malam hari, kafe ini ramai dikunjungi pengunjung yang asyik sambil menikmati suguhan musik live dari gerbong kereta api.


Sedangkan di dekat area pintu keluar bagian barat terdapat fasilitas ruang tunggu dibagian luar stasiun pintu Barat beserta ruang Coworking yang dapat membuat penumpang menjadi nyaman saat menunggu jam keberangkatan ataupun menunggu mobil jemputan. PT. KAI memang sudah memiliki wacana bahwa stasiun Yogyakarta akan segera di jadikan Stasiun bertaraf internasional, wacana ini diharapkan dapat mendukung interkoneksi ke New Yogyakarta Internasional (NYIA) di Kulon Progo.(Jogjatribunnews, 2016)



Referensi :

1. PT. KAI. 2010. Stasiun Kereta Api di Pulau Jawa – Indonesia. Jakarta: PT KAI

2. Bissel, David. 2009. Conceptualizing differently- mobile passangers: geographies of everyday encumbrance in the Railway station. Social and Cultural Geography. 10 (2). pp. 173 – 195.

33 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page