Anggita Putri Sekarini, Bety Oktaviani, Veronica Phrita K.D., Yola Ninda Dwi WDS.
Memasuki Bulan Suci Ramadan, terjadi perubahan aktivitas di masyarakat. Mulai dari jam kerja yang lebih pendek, hingga adanya kegiatan-kegiatan bersama seperti buka puasa bersama, salat Tarawih, dan sebagainya. Sebagai salah satu negara yang mayoritas beragama Islam, terdapat beberapa aktivitas yang khas karena hanya ada pada bulan Ramadan saja. Salah satu aktivitas itu adalah adanya Pasar Ramadan.
Kebiasaan masyarakat Indonesia dan anjuran untuk tidak langsung makan makanan berat pada saat berbuka puasa, maka ada makanan yang umumnya digunakan sebagai pemanasan perut setelah dua belas jam tidak mencerna apapun. Makanan-makanan ini disebut dengan takjil. Kegiatan berburu takjil menjelang waktu berbuka puasa adalah salah satu kegiatan khas bulan Ramadan. Dan kemunculan Pasar Ramadan menjadi pusat untuk berburu takjil untuk berbuka puasa.
Pasar Ramadan UGM
Salah satu Pasar Ramadan di Kota Yogyakarta terdapat di Jalan Lembah UGM. Pasar ini sebenarnya adalah pasar dadakan atau pasar adaptasi dari kegiatan jual-beli yang setiap hari minggu ada di jalan tersebut. Namun, sebutannya adalah Sunday Morning. Pasar Ramadan ini terletak di sepanjang jalan Lembah UGM. Tepatnya mulai dari Masjid Kampus UGM hingga ke samping Plaza Agro, Fakultas Peternakan UGM. Pasar ini mulai beraktivitas sekitar pukul 15.00 dan akan semakin ramai mendekati waktu menjelang berbuka puasa. Dan akan benar-benar berakhir antara pukul 19.00 atau 20.00 di titik-titik tertentu. Biasanya, penjual makanan yang masih tersedia hingga pukul 20.00 berada di sekitar Masjid Kampus UGM, karena menunggu para jamaah selesai melaksanakan salat Tarawih.
Dari waktu tersebut, puncak keramaian pengunjung terjadi sekitar pukul empat sore sampai setengah enam, atau sampai waktu berbuka puasa. Penjual yang menjajakan dagangan di kawasan UGM ini sebagian besar menjual makanan, mulai dari berbagai takjil, berbagai es, bubur, gorengan, sampai makanan berat. Ada juga stand yang menjual pakaian atau fashion lainnya, tetapi biasanya stand fashion seperti ini tidak begitu diminati oleh pengunjung. Pengunjung akan lebih tertarik untuk membeli makanan daripada membeli barang-barang, karena berbuka akan lebih mengenyangkan apabila memakan makanan daripada membeli pakaian.
Dalam penataan stand penjual, panitia pasar Ramadan di kawasan UGM juga sudah mengaturnya. Panitia pada pasar Ramadan ini sendiri merupakan warga sekitar yang bekerja sama dengan para korwil (koor wilayah) Sunday Morning. Mereka akan memberikan nomer pada setiap stand yang menyewa disana. Setiap penjual yang akan menyewa stand di pasar Ramadan ini, akan dikenakan biaya sebesar lima ratus ribu rupiah.
Penjual-penjual disana juga banyak yang memakai tenda, mulai dari tenda terpal dengan dilengkapi tikar yang digunakan apabila pengunjung memakan makanannya disana sampai tenda lipat. Namun, ada juga yang hanya memakai meja untuk menaruh dagangannya tanpa menggunakan tenda. Tidak sedikit pula, pedagang yang menggunakan gerobak mereka untuk berjualan. Kebanyakan dari pedagang yang berjualan di kawasan ini akan memakai banner untuk mempromosikan dagangan mereka. Banner-banner tersebut akan penjual letakkan di depan meja, gerobak, maupun stand mereka supaya pengunjung yang datang bisa mengetahui dagangan apa yang dijual disana.
Penikmat Pasar Ramadan UGM
Pada tanggal 7 Mei 2019, kami mengunjungi Pasar Ramadan. Setelah selesai kuliah, sekitar pukul 16.30 kami menuju ke Pasar Ramadan. Hiruk-pikuk sudah terasa sejak kami keluar dari kampus. Dari Fakultas Psikologi UGM, kami berjalan ke selatan menuju Masjid Kampus UGM. Satu per satu orang-orang datang dengan memarkirkan motor di sepanjang jalan Majid Kampus UGM. Di sepanjang trotoar, kami melihat para pedagang menjajakan dagangannya, mulai dari aneka gorengan, aneka es, hingga jajanan yang sedang viral saat ini, seperti sate cumi, pentol, telur gulung, takoyaki, dan jajanan lainnya. Tak heran, para pembeli rela mengantri panjang.
Tak hanya penjual makanan dan para pengunjung, kami juga melihat aktivitas yang berbeda di Pasar Ramadan ini. Ada beberapa orang yang menggunakan rompi oranye sedang mengatur lalu lintas dan merapikan sepeda motor para pengunjung. Ya, adanya petugas parkir sangat menarik bagi kami. Aktivitas yang mereka lakukan sangat berperan bagi keberlangsungan aktivitas antara pngunjung dan pembeli di Pasar Ramadan. Walaupun sering dianggap sepele, namun orang-orang yang bertugas menjadi petugas parkir secara tidak langsung dibutuhkan karena mereka dapat mengatur jarak dan batas antara hak pengunjung dan hak pengguna jalan. Kami juga sempat berpikir bahwa apabila dalam aktivitas Pasar Ramadan tidak ada jasa dari petugas parkir, maka kondisi lalu lintas kemungkinan besar akan menjadi semrawut, banyak pelanggaran hak pengguna jalan, hingga terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Lain halnya dengan petugas parkir, aktivitas yang berbeda juga kami temukan di sepanjang jalan yang kami lalui. Ketika kami memilah menu buka puasa, kami banyak menemukan orang yang meminta sedikit belas kasih dari para pengunjung pasar, termasuk kami. Dengan tutur bahasa yang lembut, mereka meminta sedikit rejeki dari kami dengan tangan menengadah. Tak ada pilihan lain, kami pun membagi sedikit rupiah yang kami punya untuk mereka. Satu pergi, datanglah satu lagi. Begitu seterusnya, hingga menjelang kami bergegas pulang. Namun, kami menganggap bahwa aktivitas yang mereka lakukan merupakan suatu kebutuhan bagi kami dalam hal berbagi kebaikan, yakni bersedekah.
Dalam aktivitas yang kami lakukan di Pasar Ramadan, kami menyimpulkan bahwa relasi antara manusia satu dengan yang lainnya sebenarnya saling berkaitan. Bagaimanapun, orang-orang yang datang ke Pasar Ramadan mempunyai hubungan yang saling membutuhkan. Penjual makanan membutuhkan pengunjung, para pengunjung membutuhkan makanan dari penjual, penjual makanan dan pengunjung membutuhkan petugas parkir, orang yang meminta membutuhkan rejeki dari para pengunjung, dan para pengunjung sebagian juga membutuhkan suatu momen untuk bersedekah. Tak heran jika dalam Pasar Ramadan ini semua orang dari segala usia berkumpul untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan.
Pengaruh Kehadiran Pasar Ramadan
Kemunculan ‘Pasar Kaget’ di bulan Ramadan, bulan yang disucikan umat muslim di antara bulan lainnya dimana diturunkan banyak keberkahan, menjadi sebuah fenomena periodik yang menyedot banyak pengunjung. Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, kios-kios kecil makanan dan minuman berjejeran menanti konsumen. Tidak jarang pula, pedagang menyerukan makanannya sesekali mempromosikannya.
Pasar Ramadan hadir di banyak tempat di Yogyakarta. Tidak terkecuali di sepanjang jalan yang menghubungkan Lembah Universitas Gadjah Mada (UGM), Selokan Mataram, dan Karangmalang. Keberadaannya tentu menghadirkan suasana yang berbeda dibandingkan sore-sore lainnya sebelum datangnya Bulan Ramadan. Suasana yang tercipta karenanya, juga membawa dampak secara langsung ataupun tak langsung ke kehidupan masyarakat sekitar.
Dampak akan datangnya Pasar Ramadan selama hampir satu bulan penuh ke depan sangatlah beragam. Dalam tulisan ini, setidaknya telah terbagi tiga (3) dampak yang terlihat dan terasa, yaitu: (1) kondisi pengunjung; (2) lalu lintas di sekitar lokasi Pasar Ramadan; (3) kebersihan lokasi yang digunakan sebagai area Pasar Ramadan; dan (4) media sosial.
Lokasi yang awalnya digunakan sebagai Sunday Morning (pasar yang berisi lebih banyak jenis barang, seperti makanan, minuman, baju, permainan, tanaman, dan barang lainnya), memiliki respon yang luar biasa besar dari masyarakat. Terlihat dari tiap harinya yang selalu ramai pengunjung. Meskipun lagi-lagi, seperti yang sudah dideskripsikan pada sub-bab sebelumnya, tidak seluruh pengunjung yang datang memiliki alasan untuk membeli makanan dan atau minuman.
Banyaknya pengunjung menyebabkan ramainya pengendara motor ataupun mobil yang menaruh kendaraannya di bahu jalan. Padatnya kendaraan, membuat beberapa pihak memandaatkan kesempatan ini dengan membuka lahan parkir di beberapa titik. Baik di lahan parkir yang tersedia, ataupun di bahu jalan, pengunjung yang memarkirkan kendaraannya wajib membayar ‘sewa’ sebesar Rp. 2.000. Tetapi tidak berhenti di sana, walaupun terdapat biaya yang harus dibayarkan, serta adanya petugas yang merapikan kendaraan, sisi jalan yang lain menjadi ramai lancar bahkan terkadang macet di beberapa titik. Dan hal ini seolah-olah dimaklumi oleh pengendara motor yang melintas di area tersebut yang dapat dilihat dengan sikap santai banyak pengendara yang menyiratkan bahwa kemacetan di area Pasar Ramadan adalah hal biasa.
Tidak ketinggalan, keriuhan Pasar Ramadan membawa efek yang cukup besar kepada media sosial. Nampaknya, media sosial kemudian mengarahkan penggunanya kepada hal-hal yang berkaitan dengan Ramadan, Pasar Ramadan, makanan dan hal-hal yang identik dengan bulan Ramadan. Sehingga, tidak perlu banyak promosi dari pedagang, pengguna sosial media yang mengunggah foto, video, dan atau status ke media sosialnya telah menggiring publik untuk tertarik dan datang ke Pasar Ramadan. Namun, adanya Pasar Ramadan kadangkala menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah yang berserakan di atas jam 18.00. Memang, setelahnya akan ada petugas kebersihan yang akan menyelesaikan persoalan tersebut. Akan tetapi, sungguh miris bukan jika masyarakat belum sadar akan pentingnya buang sampah ‘pada tempatnya’?
Comments