(Tata Letak Ruang Pameran Foto Festival Sumba Di Bentara Budaya)
Sumba merupakan sebuah kepulauan yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Pulau Sumba terkenal dengan padang savana yang sangat luas.Kali ini bertepatan dengan diadakannya Festival Sumba kita disuguhkankeindahan Pulau Sumba dalam bingkai fotografi. Telah berjajar pajangan-pajangan foto – foto akan keindahan Sumba yang menghadirkan suasana decak kagum bagi siapapun yang mengunjungi Bentara Budaya siang itu.Alam pikiran saya semakin menelisik dengan melihat sebuah foto bukit hijau yang luas dengan rona jingga dari tenggelamnyamatahari. Saya kagum akanruangan yang sekiranya mungkin hanya memiliki luas 15 x 10 meter disulap menjadi ruangan yang penuh dengan keindahan Sumba.
Foto-foto yang disuguhkan bukan hanya tentang alam raya Sumba saja, tetapi juga kekhasan masyarakat Sumba.Sembari berjalan melihat hasil jepretan yang luar biasa, iringan musik khas sumba yaitu Humba Custik “Humba” membuat pengunjungterbawasuasanaseakan – akansedang di Sumba.Padang savana yang luas juga angin sepoi-sepoi yang menerpatubuh.Lirik lagu yang disajikan juga tidaklahsulit untuk dihafal, saya sampai rela berdiri mematung untuk mendengarkan musik Humba tersebut.
Ada tiga sisi ruangan yang digunakan untuk memajanghasiljepretan yang indahitu. Di setiap sisi ruangan memiliki tema yang berbeda. Padaruangan pertama foto yang disajikan berupa keindahan alam Sumba, dengan rumah khas Sumba yaitu Uma Bokulu atau Uma Mbatangu, di mana Uma Bokulu berarti rumah besar dan Uma Mbatangu berarti rumah menara. Di sebutrumahmenarakarenarumahtersebut memiliki menara yang tingginya bisa mancapai 30 meter.Rumah-rumah tersebutdibangun mengelilingi kubur batu peninggalan zaman Megalitikum.
Rumah adat Sumba penuh dengan nilai-nilai filosofis. Setiap rumah adat dibagi menjadi tiga bagianyaitu, menara rumah, bangunan utama, dan bagian bawah rumah.Menara rumah menjadi simbol bagi para roh yang memiliki kedudukan tinggi.Bangunan utama menjadi simbol tempat pemujaan sekaligus tempat hunian. Dapur atau perapian ditempatkandi bagian tengah rumah di antaraempat pilar utama.Di area tengah inilah aktivitas keseharian dilakukan. Setelah itu disuguhkan hasil foto dari Lena Borlinghaus di Sumba Timur yaitu Wunga dimana dapat jelas sekali terlihat matahari tenggelam dengan rumput rumput ada beberapa kuda sedang berada di Wungat tersebut.
Lalu menuju jajaran foto di ruangan tengah, disini foto yang dipamerkan lebih menonjolkan aktivitas masyarakat Sumba , seperti bercocok tanam.Contohnyaadalah foto hasil jepretan Gunawan yang memperlihatkan seorang lelaki paru baya sedang mengangkat bibit-bibit padi.Di fototersebutdijelaskanbahwaketika musim tanam padi tiba laki-laki bertugas mengangkat benih dari persemaian.Sedangkan perempuan bertugas menanam benih. Pekerjaan ini dikerjakan berkelompok secara bergiliran dari satu sawah ke sawah lain nya.
📷
(Gambar I : Fotografer Gunawan Masyararakat Sumba Sedang membajak sawah dengan Kerbau)
Gunawan juga menyajikan sebuah foto gerombolan kerbau sedang berada di tengah sawah dengan seorang lelaki bertopi merah.Dalam deskripsi foto dijelaskan bahwa laki – laki bertopi merah tersebut sedang mempersiapkan lahan untuk ditanami padi. Caranya dengan menggiring kerbau berputar-putar di sawah hingga tanah menjadi gambur dan siap untuk ditanami padi.Lalu juga dipamerkan fotodua orang wanitadimanawanita berbaju biru terlihat sedang memberi makan kawanan babi.
📷
(Gambar 2 Ternak Babi masyarakat Sumba. (fotografer : Gunawan)
Bagi orang Sumba ternak babi sangatlah penting karena babi pasti diperlukan dalam setiap urusan adat maupun momen-momen lain.Masyarakat melihat ternak babi sebagai ukuran martabat karenanya tanpa babi orang Sumba merasa kerdil. Babi sudah menjadiukuran status social masyarakat Sumba.Tanpa babi orang Sumba merasa tidak bermartabat. Hal itu juga dijelaskan dalam foto hasil jepretan Gunawan, dimana terdapat dua orang sedang memanggul satu babi di ikat kakinya pada sebuah bambu. Kedua orang tersebut saling menopang ujung-ujung bambu yang ditengahnya sedang terikat satu babi.Deskripsi foto tersebut menjelaskanbahwabesar kecilnya babi diukur dari jumlah orang yang memikul. Semakin banyak orang yang memikul, maka semakin besar babi yang dibawa. Babi dengan ukuran kecil hanya dibawa dengan dipikul dua orang, babi besar dibawa dengan tandu yang dipikul oleh empat orang atau lebih.
📷
Gambar 3 Sebuah potret generasi terakhir oleh Transpiosa Riomandha
Ada satu foto yaitu hasil bidikan Transpiosa Riomandha disebutkan bahwa Ibu dan anak, generasi terakhir yang tinggal di Wungga Kampung asal Marapu, serta pada foto tersebut digambarkan seorang wanita sedang menggendong seorang anak, terlihat wajah yang lesu dengan keadaan rumah yang terbuat dari kayu.
Dari setiap foto yang ditampilkan ada makna yang ingin disampaikan oleh para fotografer.Melalui foto-foto tersebut saya menjadi tahu mengenai ragam budaya masyarakat Sumba.Saat ada beberapa kelompok wanita yang menampih beras, dijelaskan bahwa kegiataan tersebut sedang menyambut upacara panen di Kanbata Wundut, Kecamatan Lewa Sumba Timur.
📷
( Foto tersebut adalah hasil bidikan Lena Borlinghaus Masyarakat Sumba Memasak Penyu)
Ada beberapa kebiasaan masyarakat Sumba yang mungkin saat ini sudah dilarang salah satunya adalah Memasak Daging Penyu – Warga menggunakan cangkang penyu untuk memasak daging penyu di Pantai Tanjung Karoso, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/2. Praktik perburuan serta pencurian telur penyu merupakan penyebab terancam punahnya hewan yang dilindungi tersebut, hasil jepretan dari Ferganata Indra Ratmoko memperlihatkan empat lelaki dewasa dan tiga orang anak-anak lelaki sedang menunggu hasil masakan mereka yaitu cangkang penyu berisi daging penyu, yang dibakar. Sungguh miris sekali melihat potret gambaran yang terjadi.
Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masyarakatnya terkenal sebagai pengrajin kain tenun ikat. Kain tenun merupakan komoditi industri kecil dan menengah yang potensial di Kabupaten Sumba Timur. Terdapat dua kecamatan sentra produksi kain tenun ikat ,yaitu Kecamatan Kambera dan Kecamatan Umalulu. Mereka menggunakan pewarna alami pewarna alami dapat diperoleh dari berbagai bagian tumbuhan seperti akar, rimpang, kayu, kulit kayu, daun, buah, biji atau bunga.
Sumba dalam fotografi sangatlah indah.Setiap gambar yang diceritakan mempunyai banyak arti , selain itu Sumba mempunyai banyak kekhasan yang tidak dimiliki oleh daerah lain.Ragam budayanya, keramah tamahan masyarakatnya, indanya alam, dan upacara upacara yang unik menjadikan Sumba sebagai identitas yang besar. Sumba akanselalumenjadi Sumba dan Sumbaku adalah Sumba kita bersama.
Argitha Aricindy & Prita Diwani Praja
Comments